Ia mengatakan, infrastruktur fisik tidak akan efektif tanpa edukasi dan perubahan perilaku sosial.
“Pembangunan TPST harus dibarengi dengan pembinaan kepada masyarakat sekitar agar memahami nilai ekonomi dari sampah yang dikelola dengan benar. Kalau ini dijalankan konsisten, kita bukan hanya mengurangi sampah, tapi juga menciptakan lapangan kerja baru,” kata Tohom.
Baca Juga:
Indonesia Ketinggalan 20 Tahun, MARTABAT Prabowo-Gibran Dukung Menko Pangan Gandeng Danantara Ubah Sampah Jadi Listrik
Ia juga menilai, langkah pemerintah membangun TPST di kawasan seperti Borobudur, Mandalika, dan Labuan Bajo merupakan contoh konkret bagaimana kebijakan pro-lingkungan bisa sejalan dengan penguatan sektor wisata.
Menurutnya, kebijakan seperti ini menunjukkan arah baru pembangunan nasional di era Prabowo-Gibran yang menekankan efisiensi, keseimbangan, dan tanggung jawab ekologis.
“Ini model pembangunan yang tidak hanya mengejar angka kunjungan wisatawan, tapi juga kualitas hidup masyarakat dan kelestarian alamnya. MARTABAT melihat ini sebagai terobosan yang layak mendapat dukungan luas,” tegasnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Sosialisasi dan Punishment Salah Satu Solusi Penanganan Sampah di Indonesia
Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Cipta Karya telah menyelesaikan pembangunan TPST Pasuruhan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai bagian dari kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Borobudur.
Fasilitas ini dirancang untuk menampung hingga 100 ton sampah per hari dan mengubahnya menjadi bahan bakar alternatif ramah lingkungan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.