WahanaNews.co | Tragedi kematian salah seorang santri Pondok Modern Darussalam Gontor (Ponpes Gontor) di Ponorogo, Jawa Timur seolah membuka terjadinya aksi kekerasan lain di sekolah pendidikan agama tersebut.
Seorang mantan santri Gontor membongkar bagaimana kekerasan menjadi makanan sehari-hari para santri. Cerita tersebut dibeberkan oleh akun Twitter @FadhilFirdausi dalam sebuah utas.
Baca Juga:
Kepala Dinas Kaltim Sebut 568 Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak
Awalnya ia meretweet salah satu akun yang mengunggah sebuah artikel soal alasan kenapa Gontor tidak membawa pelaku ke ranah hukum.
"Waktu mondok di sini semua santri didoktrin kayak gini: "sesuatu yang tidak membuatmu mati akan membuatmu semakin kuat". Haha gila gak tuh batasnya mati. Dan sekarang pas udah ada yang mati tanggung jawabnya gaada bahkan ditutup tutupi," cuitnya.
Ia lantas menceritakan pengalamannya saat menjadi santri di sana.
Baca Juga:
Kemen PPPA Kawal Kasus Penganiayaan Anak di Depok, Pastikan Anak Korban Dapat Perlindungan
"Aku inget banget pas pertama kali nyampe di sana sebagai calon santri, langsung kerasa ketidakmanusiawiannya. Itu masih calon santri, yang masih dikalem-kalemin," ujarnya.
Saat menjadi calon santri, ia kemana mana disuruh lari sambil digiring oleh ustadz pengurus menggunakan motor.
"Benar-benar kayak bebek digiring ke sawah," imbuhnya.