WahanaNews.co, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan pesan khusus kepada calon-calon presiden yang berpartisipasi dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029. Pesan tersebut disampaikan Luhut dalam konferensi pers virtual Kemenko Marves bertajuk "Evaluasi Kinerja 2023 Menuju Indonesia Emas 2045" pada Jumat (22/12/2023).
Dalam slide paparan Kemenko Marves disebutkan kalau untuk menjadi negara maju sebelum 2045, pertumbuhan 5% tidak akan cukup. Sehingga masa lima tahun ke depan menjadi kunci di mana pertumbuhan ekonomi harus bisa meningkat minimal 6% (rata-rata) hingga 2030 untuk mencapai PDB per kapita US$ 10.000, didorong utamanya oleh investasi masuk Indonesia dan peningkatan ekspor.
Baca Juga:
Luhut Bongkar Strategi Penting Pemerintah Hadapi Pandemi di Hadapan Kabinet Merah Putih
Tanpa adanya upaya transformatif yang berkelanjutan, PDB per kapita Indonesia 2030 hanya di kisaran US$ 8000-an.
"Jadi ini sebabnya kami menyiapkan semua ini dan melaporkan kepada presiden, karena presiden itu ingin Indonesia masuk bisa sesuai dengan projectory ini. Tapi kan gak segampang itu. Kita bicara di luar, wacana kan gampang," kata Luhut.
Dia lantas bercerita pengalaman sebelumnya membantu presiden sebelum Jokowi. Tidak semua perintah berjalan baik.
Baca Juga:
Penasaran? Simak, Ini Tugas Dewan Ekonomi Nasional yang Dipimpin Luhut
Sebab, peraturan-peraturan yang dibuat dulu, tidak disertai kesadaran bahwa banyak perkembangan yang membuat peraturan itu sudah tidak bisa relevan lagi. Nah untuk melakukan perubahan peraturan itu, bukan hal gampang karena sampai pada level undang-undang.
"Jadi saya ingin sampaikan kepada masyarakat luas dan calon-calon presiden yang akan datang atau pemimpin-pemimpin yang akan datang, kita menghadapi masalah yang kompleks dan kita harus kompak untuk itu," ujar Luhut.
"Jadi tidak segampang orang 'oh ini begini, ini begini'. Saya mengalami, saya termasuk pekerja yang cepat dan banyak orang mengakui itu. Saya ingin katakan, kita harus pakai anak anak-anak muda. Kalau orang-orang di sekeliling saya bukan anak muda seperti Rachmat (Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Rachmat Kaimuddin), Firman, Seto (Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Septian Hario Seto), Odo (Deputi Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Odo Manuhutu), nggak akan bisa seperti ini," lanjutnya.
Eks Kepala Kantor Staf Kepresidenan itu mengeklaim semua orang mengapresiasi Jokowi yang dinilai mampu bernavigasi di tengah keadaan ekonomi dunia yang sulit. Ini karena data-data yang disiapkan dan disampaikan para pembantu presiden didengarkan serta kemudian dieksekusi dengan baik.
"Nah ini yang presiden saya lihat ingin menyampaikan nanti kepada siapapun yang jadi pengganti beliau. Jadi ada satu proses serah terima yang mungkin bisa dibudayakan. Mungkin saya karena latar belakang militer, kami di militer selalu begitu," kata Luhut.
"Saya menyarankan bapak presiden, bapak presiden melakukan ini dan yang saya senang, beliau saya katakan tadi sebagai komandan saya, saya punya komandan belasan dari dulu dan saya lihat beliau orang yang mau mendengar dan berani juga bertanggung jawab," lanjutnya.
Untuk itu, Luhut berharap presiden mendatang juga memiliki sifat yang sama seperti Jokowi. Baginya, ini bukan soal popularitas, melainkan soal how do you execute.
"Kalau kita mau tumbuh 6% lebih karena bonus demografi kita akan habis 2038 dan itu akan orang tua dan itu akan jadi beban. Ini jangan kita lihat angin surganya saja. Kita lihat apa masalah ke depan kalau kita tidak hati-hati," ujar Luhut.
[Redaktur: Andri Frestana]