Lahir dari keluarga ningrat Jawa, Soemitro menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ekonomi Rotterdam, Belanda, dan lulus pada tahun 1937.
Usai Perang Dunia II, Soemitro kembali ke Indonesia dan menjadi delegasi Indonesia di PBB di Amerika Serikat.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Komitmen Indonesia pada Energi Terbarukan
Ia juga aktif dalam penggalangan dana untuk kemerdekaan Indonesia, serta menjadi salah satu tokoh penting dalam Konferensi Meja Bundar sebelum bergabung dengan Partai Sosialis Indonesia.
Pada tahun 1950, Soemitro diangkat sebagai Menteri Perdagangan dan Industri di Kabinet Natsir. Setelah hampir dua tahun menjabat, ia diangkat menjadi Menteri Keuangan dalam Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap.
Sebagai Menteri Keuangan, Soemitro berhasil menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia dan memajukan perekonomian negara.
Baca Juga:
Presiden Prabowo dan Sekjen PBB António Guterres Bahas Sejumlah Isu Strategis dalam Pertemuan Bilateral di Brasil
Selain di pemerintahan, Soemitro juga berperan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ia kemudian terlibat dalam Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatra, namun pergerakan ini dihentikan sehingga Soemitro memilih mengasingkan diri hingga tahun 1967.
Pada tahun 1967, setelah Soeharto menjadi presiden, Soemitro diundang kembali ke Indonesia dan diangkat menjadi Menteri Perdagangan dan Industri dalam Kabinet Pembangunan I tahun 1968.