Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, mengatakan, Indonesia
mencatatkan surplus pada neraca perdagangan sebesar $21,7 miliar pada tahun
2020.
Meskipun surplus tersebut dikarenakan
nilai impor yang turun, tetapi yang perlu dibanggakan adalah 61,2 persen dari
total ekspor ini berbentuk barang industri primer dan produk manufaktur.
Baca Juga:
Usai Penetapan Presiden dan Wapres Terpilih Oleh KPU, Jokowi Minta Prabowo-Gibran Persiapkan Diri
"Ini menunjukkan transformasi nyata
bahwa Indonesia telah menjadi kekuatan industri dan tidak lagi hanya mengeskpor
barang mentah dan barang setengah jadi," kata Lutfi.
Menurut Lutfi, ekspor Indonesia tahun
lalu ke sejumlah kawasan tradisional dan non-tradisional
masih menunjukkan pertumbuhan, yakni ke Eropa Barat naik 17,07 persen, Amerika
Utara naik 3,51 persen, Asia Timur naik 4,01 persen, Eropa Timur naik 9,99
persen, dan Afrika Timur naik 8,09 persen.
Namun, kinerja perdagangan domestik,
yakni perdagangan yang didominasi oleh UMKM dan sektor informal, mengalami
tekanan yang cukup berat akibat perebakan wabah virus Corona.
Baca Juga:
Usai Disebut Bukan Kader PDIP Lagi, Gibran: Dipecat Juga Ngak Apa-apa
Hal ini, kata Lutfi, tercermin dari real sales index (RSI) pada Desember
2020 yang hanya mencapai 190,1 atau terkoreksi 19,2 persen dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Selain itu, kinerja sektor perdagangan
besar dan eceran, termasuk perdagangan kendaraan bermotor, juga mengalami
pelemahan sebesar 3,72 persen.
Walaupun terkoreksi cukup dalam,
berdasarkan perhitungan lapangan usaha, sektor perdagangan masih berkontribusi
sebesar Rp1.995,4 triliun atau setara dengan 12,93 terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB).