Jokowi pun, sambung Denny, langsung memerintahkan Menteri Perdagangan menghentikan semua ekspor sawit mulai tanggal 28 April nanti.
Para pengusaha yang berharap mendapatkan cuan besar dari ekspor ini, harus gigit jari karena keputusan Jokowi. Mereka harus merevisi hubungan kerjasama mereka dengan para trader di luar negeri.
Baca Juga:
Sumatera Bakal Miliki 3 Pabrik Minyak Alternatif Migor
Bisa jadi para pengusaha sawit itu juga rugi besar. Karena harus membayar denda pembatalan ekspor dengan tradernya.
Banyak pengusaha dan politikus yang mengkritik kebijakan Jokowi, dan menganggapnya merugikan negara, karena hilangnya potensi pendapatan puluhan triliun rupiah dari penjualan sawit ke luar negeri.
“Ketika Indonesia stop ekspor, Malaysia kegirangan, karena merupakan eksportir sawit terbesar kedua di dunia. Tapi begitulah Jokowi. Dia harus memastikan, bahwa di negara produsen sawit terbesar di dunia ini, haruslah paling murah juga sedunia,” sebut Denny.
Baca Juga:
Saat Menjadi Saksi, Pejabat Bea Cukai Ini Beberkan Soal Realisasi Kuota Ekspor CPO Migor
Denny memaparkan, banyak orang mengira bahwa Jokowi kompromi dengan oligarki ekonomi.
Tetapi keputusannya melarang ekspor sawit sampai harga minyak goreng nanti sampai murah, adalah bukti kuat kalau Jokowi tidak bisa dinego, tidak bisa dibeli.
Keputusan besar Jokowi untuk menghentikan ekspor minyak goreng ini memperlihatkan sikap prorakyat. Jokowi ingin rakyat menikmati minyak goreng murah, karena itu sudah jadi kebutuhan pokok sehari-hari.