Khusus jumlah pekerja yang terdampak COVID-19, Suhariyanto
mengatakan totalnya sebanyak 29,12 juta orang. Rinciannya 2,56 juta orang
merupakan pengangguran karena COVID-19, 0,76 juta orang bukan angkatan kerja
karena COVID-19, 1,77 juta orang sementara tidak bekerja karena COVID-19, dan
24,03 juta orang merupakan bekerja dengan pengurangan jam kerja atau shorter
hours karena COVID-19.
Dari jumlah pengangguran ini, paling banyak berasal dari
lulusan atau tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK).
Baca Juga:
Ketika Mimpi Bertemu Kenyataan: Tantangan Lulusan Baru Mencari Kerja
Dilihat secara rinci, TPT dari lulusan SMK sebesar 13,55%,
sementara yang paling rendah merupakan lulusan sekolah dasar (SD) yaitu 3,61%.
Sedangkan sisanya seperti sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 6,46%, sekolah
menengah atas (SMA) sebesar 9,86%. Lalu untuk lulusan diploma I-III sebesar
8,08% dan untuk lulusan universitas atau strata 1 sebesar 7,35%.
Jika dilihat dari menurut tempat tinggal, pengangguran
terbuka di perkotaan meningkat 8,98% dan perdesaan naik 4,71%. Sedangkan
menurut jenis kelamin, TPT laki-laki sebesar 7,46% atau lebih tinggi
dibandingkan TPT perempuan yang sebesar 6,46%. Dibandingkan Agustus 2019, TPT
laki-laki naik 2,13% dan perempuan naik sebesar 1,24%.
Selanjutnya pengangguran terbuka jika dilihat menurut
kelompok umur, pria yang akrab disapa Kecuk ini mengatakan penduduk kelompok
usia muda dari 12-24 tahun merupakan yang paling tinggi yaitu mencapai 20,46%.
Sementara kelompok usia tua yaitu 60 tahun ke atas merupakan yang paling rendah
yaitu 1,70%. Sementara TPT kelompok usia 25-59 tahun meningkat 5,04%.
Baca Juga:
Penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka di Jakarta Sebesar 0,32 Persen
BPS mencatat TPT menurut provinsi paling banyak di DKI
Jakarta. Daerah yang dipimpin Anies Baswedan ini tingkat penganggurannya
mencapai 10,95% pada Agustus 2020 atau di atas rata-rata nasional yang di level
7,07%.
Selain DKI Jakarta, BPS juga mencatat lima provinsi lainnya
yang tingkap pengangguran terbukanya melewati rata-rata nasional. Yaitu,
Banten, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Maluku, dan Sulawesi Utara.
Tingkat pengangguran di Banten menjadi tertinggi kedua
dengan 10,64%, disusul oleh Jawa Barat sebesar 10,46%, lalu Kepulauan Riau
sebesar 10,34% lalu Maluku sebesar 7,57%, dan Sulawesi Utara sebesar 7,37%.