WahanaNews.co | Juru
Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia, Teuku Faizasyah,
menyatakan tidak ada komunikasi di belakang layar antara Republik Indonesia
dengan Taliban.
Baca Juga:
RI Jadi Mitra Pembangunan Andal bagi Afrika, Dukungan di Sektor Kesehatan dan Energi
Teuku menjelaskan Indonesia sejak 2019 tergabung dalam
Troika Plus. Troika Plus adalah kumpulan negara yang bersama-sama mencari
solusi damai atas konflik pemerintah Afghanistan dengan Taliban.
"Indonesia ikut dalam proses yang disebut dengan Troika
Plus. Melalui kesertaan tersebut, Indonesia berkesempatan berkomunikasi dengan
para pihak yang berseberangan, yaitu Republik Afghanistan dan Taliban,"
kata juru bicara Kemlu Teuku Faizasyah, Selasa (17/8/2021).
"Troika itu disponsori oleh Qatar dan kita merupakan
salah satu negara yang diundang," imbuhnya.
Baca Juga:
Pembangunan IKN, Kemlu dan UNIDO Siapkan Strategi Kolaboratif
Faizasyah tak menampik bila dikatakan bahwa negara-negara
yang tergabung dalam Troika Plus, seperti Jerman dan Norwegia, juga
berkomunikasi dengan Taliban.
"Adalah satu keniscayaan bila negara-negara yang ikut
serta dalam dialog tersebut berinteraksi dan berbicara dengan pihak-pihak yang
terlibat, termasuk Taliban. Jadi dengan demikian, sejak beberapa waktu lalu,
sudah ada komunikasi, tapi dalam proses atau track yang berbeda," terang
Faizasyah.
Lebih lanjut Faizasyah mengingatkan, Direktur Jenderal (Dirjen)
Asia Pasifik dan Afrika Kemlu, Abdul Kadir Jailani, beberapa hari lalu juga
sempat komunikasi dengan pimpinan Taliban secara virtual.
"Kemudian secara terpisah, beberapa hari lalu dirjen di
Kemlu, Pak Abdul Kadir, ada berdialog dengan pihak Taliban. Komunikasi ini juga
bisa dilihat sebagai bagian dari proses Troika Plus. Silakan dicek di akun
tweet-nya Pak Kadir," sebutnya.
Karena itu, Faizasyah menyebutkan publik di Tanah Air
mengetahui bahwa Indonesia memang berkesempatan untuk berkomunikasi dengan
Taliban. Bahkan Indonesia juga memiliki andil dalam mempertemukan ulama-ulama
Tanah Air dengan ulama-ulama Afghanistan.
"Publik mengetahui bahwa Indonesia menjadi bagian dari
proses untuk mencari solusi damai atas konflik di sana dan berkomunikasi dengan
semua pihak di Afghanistan," tutur Faizasyah.
"Indonesia juga berkontribusi dalam kegiatan yang
mempertemukan para ulama Afghanistan dengan ulama Indonesia, mempertemukan
perempuan-perempuan muslim berpengaruh di Indonesia dengan pihak-pihak terkait.
Jadi kesemuanya adalah bagian dari kerja diplomasi Indonesia," pungkasnya.
Isu soal adanya komunikasi diam-diam ini diawali saat Anggota
Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha menyebutkan ada keakraban yang
terjalin antara Presiden Jokowi dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani. Namun,
dia mengatakan, Jokowi juga menjalin komunikasi dengan pemimpin Taliban, yang
berpusat di Doha, Qatar.
"Meskipun Presiden Jokowi tampak menunjukkan
"keakraban" dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, yang sekarang memilih
kabur ke Tajikistan, Indonesia, menurut informasi yang saya peroleh, diam-diam
Presiden Jokowi juga terus-menerus menjalin hubungan dengan pimpinan pejuang
Taliban yang berpusat di Doha, Qatar," ujar Tamliha kepada wartawan,
Selasa (17/8).
"Terakhir beberapa bulan yang lalu Menlu RI Retno
Marsudi juga berkunjung ke Doha, yang tentunya mengemban misi yang sama,"
sambungnya. [rin]