GeNose, kata dia, sama sekali
tidak mendeteksi komponen virus yang ada di dalam tubuh pasien yang diperiksa
layaknya seperti yang dilakukan pada pemeriksaan penggunakan alat tes Swab
Antigen atau PCR.
GeNose hanya mendeteksi
beberapa jenis gas yang terkandung dalam uap napas yang diembuskan pasien.
Baca Juga:
YLKI Desak Pemerintah Pastikan Refund Jemaah Haji Furoda
Dari sana, alat yang
terhubung dengan kecerdasan buatan atau artificial
intelegence (AI) pada perangkat lunak GeNose akan mendeteksi ada tidaknya
kandungan gas yang umumnya dikeluarkan oleh pasien yang sudah terkonfirmasi Covid-19.
"Jadi dia nggak mendeteksi virusnya, tapi dia
mendeteksi gasnya," jelas Agus.
Kondisi ini, lanjut dia, yang
bisa berbahaya, karena ada risiko sistem perangkat lunak gagal mendeteksi
terpapar atau tidaknya seseorang dari virus Corona.
Baca Juga:
Visa Haji Furoda Diblokir Saudi, YLKI Tuntut Refund Penuh untuk Jamaah
"Yang kita khawatirkan
bukan positif palsu, tapi justru yang bahaya kalau dia negatif palsu,"
tegasnya.
Ahmad menjelaskan, tes GeNose
adalah untuk screening, bukan untuk
diagnosis.
Jika dipakai sebagai syarat
verifikasi perjalanan, maka penggunaan GeNose tidak sesuai fungsinya.