WahanaNews.co | Tak semua perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI
AD) yang mampu mencapai pangkat Jenderal penuh.
Sebab, fakta
membuktikan, tak sampai 30 orang jebolan Akademi Militer (Akmil) yang bisa
meraih titel bintang empat.
Baca Juga:
Kapuspen TNI Bantah Perwiranya Jadi Beking Tersangka Perundungan Anak SMA di Surabaya
Menurut data yang dikutip dari situs
resmi Akademi Militer, sejak berdiri pada 31 Oktober 1945 dengan nama Militaire Academie (MA), tak sampai 30
perwira yang berhasil mencapai pangkat Jenderal TNI.
Tepatnya, hanya ada 28 perwira yang mampu
mencapai titel bintang empat.
Jika dilihat dari data tersebut,
abituren Akmil 1970 bisa dikatakan yang paling istimewa.
Baca Juga:
Skandal Judi Online: 4.000 Prajurit TNI Kena Sanksi, Danpuspom Beri Peringatan Keras
Sebab, ada empat perwira dari angkatan
tersebut yang mampu mencapai pangkat Jenderal TNI.
Tak sembarangan, keempat orang perwira abituren Akmil 70 itu adalah
sosok yang sangat dikenal hingga saat ini berkat kiprahnya yang boleh dibilang "mengerikan".
Nama pertama adalah Jenderal TNI (Purn)
Tyasno Sudarto.
Pria kelahiran Yogyakarta, 14 November 1948, ini pernah menduduki sejumlah posisi
strategis.
Nama Tyasno mulai mencuat saat
menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri (Yonif) 323/Raider, atau yang
lebih dikenal dengan Yonif 323/Buaya Putih.
Dengan status sebagai anggota pasukan
elite Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), Tyasno juga pernah
memimpin Komando Teritorial.
Pada 1998 hingga 1999, Tyasno
dipercaya menjadi Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) IV/Diponegoro.
Tyasno juga pernah menjadi orang nomor
satu di tubuh TNI Angkatan Darat, saat menduduki kursi Kepala Staf Angkatan
Darat (Kasad) periode 20 November 1999 hingga 9 Oktober 2000.
Selanjutnya, ada nama
Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo, atau lebih dikenal dengan Subagyo HS.
Seperti halnya Tyasno, Subagyo juga
mampu menorehkan pencapaian tertinggi sebagai Kasad.
Pria kelahiran Yogyakarta, 12 Juni 1946, ini adalah
satu-satunya Kasad yang menjabat dengan tiga Presiden berbeda.
Ya, selama periode jabatannya, mulai 16 Februari 1998 hingga 20 November 1999, Subagyo jadi
saksi pengunduran diri Presiden RI ke-2, Jenderal Besar TNI (Purn) Soeharto,
yang kemudian digantikan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie.
Setelah itu, Subgyo mengakhiri masa
jabatannya sebagai Kasad di era kepemimpinan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus
Dur).
Sebelum menjabat sebagai Kasad,
Subagyo juga pernah menjabat sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan
Khusus (Kopassus).
Ia menjadi Danjen Kopassus ke-14,
menggantikan posisi Jenderal TNI (HOR) (Purn) Agum Gumelar pada 1994.
Setelah Subagyo, sosok abituren Akmil
1970 yang juga meraih bintang empat adalah Jenderal TNI (Purn) Fachrul Razi.
Pria kelahiran Kutaradja, Banda Aceh,
26 Juli 1947, ini pernah menjadi Komandan Brigade
Infanteri Lintas Udara (Brigif Linud) 17 Kujan 1/Kostrad, atau yang saat ini
bernama Brigif Para Raider 17/Sakti Budi Bakti (SBB).
Nama Fachrul mencuat saat menjadi
Gubernur Akmil periode 1996 hingga 1997.
Setelah itu, Fachrul dipercaya untuk
menduduki posisi Kepala Staf Umum (Kasum) Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI), pada 1998 hingga 1999.
Kemudian pada 1999 hingga 2000,
Fachrul menjabat sebagai Wakil Panglima TNI,
mendampingi Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sutjipto.
Pada 23 Oktober 2019, Fachrul ditunjuk
Presiden RI ke-7, Joko Widodo, untuk menempati pos Menteri Agama RI.
Akan tetapi, namanya masuk dalam
daftar reshuffle Kabinet Indonesia
Maju, dan digantikan oleh Yaqut Cholil Qoumas.
Nama terakhir, sudah
pasti jadi yang paling terkenal sampai saat ini.
Meskipun tidak memiliki jabatan
strategis seperti ketiga rekan satu angkatannya, nama Jenderal TNI (HOR) (Purn)
Luhut Binsar Panjaitan jadi yang paling mashur saat
ini.
Luhut, yang saat
ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi,
dikenal sebagai prajurit Kopassus yang kenyang pengalaman tempur.
Sejak lulus Akmil 1971 hingga 1993,
Luhut menghabiskan karier militernya bersama Korps Baret Merah.
Kiprah Luhut bersama Kopassus dimulai
dari 1971 sebagai Komandan Pleton (Danton) I/A Grup 1
Para Komando Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha), atau yang
kini Kopassus, hingga menjadi Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
(Danpusdikpassus) pada 1993.
Setelah itu, Luhut didapuk menjadi
Danrem 081/Dhirotsaha.
Kemudian, Luhut sempat ditunjuk menjadi
Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri (Danpussenif) TNI Angkatan Darat pada
1996, dan Komandan Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI Angkatdan Darat
pada 1997.
Karier Luhut sendiri bisa dikatakan
melesat setelah pensiun.
Sehabis menjabat Dankodiklat TNI
Angkatan Darat, Luhut yang masih aktif sempat dipercaya Presiden Habibie menjadi
Duta Besar RI untuk Singapura.
Lalu, Luhut masuk dalam jajaran menteri
Presiden Abdurrahman Wahid.
Pada 24 Agustus 2000, Luhut ditunjuk
menjadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Menperindag), hingga 23 Juli
2001.
Setelah Joko Widodo (Jokowi) resmi
menjadi Presiden RI, Luhut dipercaya menjadi Kepala Staf Kepresidenan (KSP)
periode 31 Desember 2014 hingga 2 September 2015.
Setelah itu, Luhut juga sempat
menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
(Menkopolhukam), pada 12 Agustus 2015 hingga 27 Juli 2016. [qnt]