Kala itu, kata Gina, badai tiba-tiba menghantam jalur yang dilaluinya. Kondisi itu memaksa Gina untuk melakukan dua kali pendakian agar bisa sampai ke puncak Kilimanjaro.
"Di Kilimanjaro saya mengalami dua kali pendakian karena sebelumnya dihantam badai dan saya terkena hipotermia, namun akhirnya berhasil sampai puncak," ujarnya.
Baca Juga:
Peduli dan Inklusif, Brigjen Mustikaningrat Hadirkan Harapan Baru bagi Sumedang
Dari gunung - gunung yang dijelajahi, kesemuanya memiliki tingkat kesulitan dan tantangannya masing-masing. Belum lagi ditambah dengan badai yang kerap datang secara tiba-tiba.
"Gunung Cartenz itu sangat teknikal dimana harus menerapkan teknik pemanjatan, belum lagi pas saat akan sampai puncak, kaki kami harus melintasi jurang selebar 1 - 1,5 meter dengan kedalaman kurang lebih 400 meter," papar Gina.
"Di Cartenz kami melakukan dua kali percobaan karena cuaca buruk, di Elbrus kami melakukan dua kali percobaan karena cuaca buruk dan terkena badai saat menjelang puncak," tambahnya.
Baca Juga:
Waspada Musim Hujan, PLN UP3 Sumedang Minta Masyarakat Bijak Gunakan Listrik
Bagi Gina, momen terberat dalam ekspedisi adalah saat melakukan pendakian gunung Aconcagua di Argentina. Saat dimana dirinya mengalami muntah darah.
"Saat akan mendaki ke puncak di ketinggian 6200 atau 6300 Mdpl, saya muntah darah dan dipaksa harus turun oleh guide," kenangnya haru.
Dari ketujuh gunung itu, Gina ditakdirkan hanya mampu mendaki 4 gunung yaitu Cartenz, Elbrus, Kilimanjaro dan harus terhenti di Aconcagua - Argentina.