"Ini tidak efisien. Nikel ore isinya lebih banyak air dan tanah saja, kandungan nikel hanya 2%," turur Luhut dalam potongan video yang dibagikannya.
Selain itu, saat larangan ekspor diberlakukan, Indonesia juga menikmati manfaat besar pada peningkatan jumlah ekspor. Hal ini terjadi karena hasil olahan nikel mentah harganya lebih mahal.
Baca Juga:
Pemerintah Garap 18 Proyek Hilirisasi Rp618 Triliun, Berpotensi Serap 104.974 Tenaga Kerja
Maka dari itu, produk turunan nikel saat diekspor jumlah pemasukannya kepada negara lebih besar, bila diekspor mentah pendapatan negara cuma US$ 2,1 miliar ketika sudah diolah pendapatan negara menjadi US$ 33 miliar.
"Melihat raut keheranan dari wajah Peter, semakin meyakinkan saya bahwa memang belum banyak yang tahu apa yang sedang dijalankan Indonesia hari ini, wajar bila banyak tentangan yang hadir silih berganti terhadap kebijakan hilirisasi ini," kata Luhut.
Luhut juga memaparkan efek berlipat ganda yang muncul dari kebijakan hilirisasi nikel dapat menjadi modal besar untuk tujuan besar Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045.
Baca Juga:
Pertamina Tawarkan 19 Proyek Rp150 Triliun, Danantara Siapkan Dukungan Investasi Jangka Panjang
"Efek berlipat ganda yang hadir karena kebijakan hilirisasi bukan saja menjadi penyemangat kami untuk melindungi hak atas pengelolaan sumber daya alam negeri kami secara berdikari, tetapi juga pertanda baik bagi terwujudnya cita-cita bangsa menjadi negara maju di tahun 2045," pungkas Luhut.[sdy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.