“Dukungan terhadap Danantara adalah bentuk konkret dari semangat Prabowo-Gibran untuk membangun Indonesia yang bersih, mandiri secara energi, dan berdaulat secara lingkungan,” jelasnya.
Tohom juga mengkritisi lambannya reformasi regulasi terkait proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dorong Menkop Jadikan Isu Sampah Prioritas dalam Pendirian KopDes
Menurutnya, meski ada upaya penyatuan tiga Peraturan Presiden (Perpres) yang mengatur soal ini, pemerintah tidak boleh hanya berhenti pada tataran normatif.
“Sebenarnya, selama ini investor ngantri, tapi pada akhirnya mundur karena birokrasi ruwet dan tarif listrik dari PLTSa yang tidak menarik. Jangan hanya ‘waste to energy’, tapi juga harus ‘waste to policy clarity’,” sentil Tohom.
Tohom Purba yang juga pengamat energi dan lingkungan ini menyoroti pentingnya seleksi teknologi dalam pembangunan PLTSa.
Baca Juga:
Songsong Kota Global Aglomerasi Jabodetabekjur, MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Pemerintah Buat Regulasi Izin Tinggal WNA
Menurutnya, teknologi yang masuk ke Indonesia harus sudah teruji di berbagai negara dan tidak menciptakan dampak lingkungan sekunder.
“Teknologinya harus bersih, terukur, dan bisa diintegrasikan dengan sistem energi nasional. Jangan sampai kita hanya memindahkan masalah dari sampah menjadi polusi udara atau air,” imbuh Tohom.
Lebih lanjut, Tohom juga menyerukan agar pemerintah tidak hanya menggantungkan diri pada investor asing, tetapi juga memberdayakan pelaku usaha dan peneliti dalam negeri untuk terlibat dalam rantai pasok teknologi dan operasional pengelolaan sampah.