WahanaNews.co | Temuan benda berbentuk roket di lepas
pantai Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, membuat kehebohan di tengah
masyarakat.
Pasalnya,
tak sedikit orang yang menaruh curiga jika benda tersebut merupakan sebuah drone bawah laut yang beroperasi di
perairan dalam negeri.
Baca Juga:
Daftar Pangdam Se-Indonesia: Mayjen TNI Jimmy Ramoz Manalu Jabat Pangdam XVIII/Kasuari
Benda
ini pertama kali ditemukan oleh nelayan setempat, Saehuddin, pada 20 Desember
2020.
Saehuddin
menjaring benda ini ketika tengah memancing. Setelah membawa benda ini,
Saehuddin selanjutnya menggotong kerangka benda tersebut ke daratan, lalu menyerahkannya kepada
Koramil Pasimarannu, Kodim 1415 Kepulauan Selayar.
Belakangan,
TNI Angkatan Laut (AL) membantah jika benda tersebut bukanlah drone bawah laut, melainkan seaglider.
Baca Juga:
Babak Baru Kasus Penembakan Bos Rental Mobil, 3 Prajurit TNI Mengaku Dikeroyok
"Saya
akan sampaikan tentang alat atau seaglider
yang kemarin ditemukan oleh nelayan Desa Najapahit, Selayar, yang mana dari
temuan tersebut saya bawa ke Hidrosal, karena di sini adalah lembaga yang
berkompeten untuk meneliti adanya peralatan tersebut," ujar Kepala Staf
Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono, dalam konferensi pers, Senin (4/1/2021).
Setelah
diamankan petugas setempat, benda tersebut saat ini sudah dikirim ke Jakarta
untuk diteliti oleh Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI Angkatan Laut
(Pushidrosal).
Dari
hasil pemeriksaan sementara, seaglider
ini terbuat dari bahan alumunium.
Benda
ini juga memiliki kerangka dua sayap dengan diameter masing-masing berukuran 50
sentimeter.
Sementara,
panjang tubuhnya sendiri berukuran 225 sentimeter dan mempunyai antena
sepanjang 93 sentimeter.
Di
bagian tubuh seaglider ini juga
ditemukan instrumen mirip kamera.
Yudo pun
mengatakan, seaglider ini hampir
serupa dengan argo float yang cara
kerjanya diturunkan menggunakan kapal survei.
Ketika
sudah diturunkan, seaglider mampu
menembus kedalaman air hingga 2.000 meter selama enam jam dengan kecepatan
sekitar 1.000 knot.
Saat
terbawa arus, seaglider ini juga
mampu melayang di kedalaman air hingga sembilan hari.
Sedangkan,
daya energi seaglider ini adalah oli yang umumnya diisi dari reservoir. Ketika
beroperasi, seaglider ini juga bisa
merekam suhu salinitas hingga 12 jam.
Ketika
muncul ke permukaan air, seaglider
dapat mengirim data langsung ke satelit.
"Dia
akan naik dan kirim data melalui satelit," terang Yudo.
Tak Ada
Penanda
TNI
sendiri masih belum mengetahui negara mana sebagai pemilik seaglider ini.
Sebab, seaglider ini tidak mempunyai penanda
tulisan yang mencirikan suatu negara sebagai pemilik benda tersebut.
"Jadi, tidak
ada tulisan apa pun di sini. Kami tidak rekayasa, bahwa yang kami temukan
seperti itu masih persis seperti yang ditemukan nelayan tersebut kita dibawa ke
sini (Jakarta)," kata KSAL.
Sebagai
upaya untuk mengungkap asal-muasal seaglider
ini, Yudo telah memerintahkan Pushidrosal untuk terus meneliti hingga
mengantongi negara mana yang mengirimkan benda ini ke perairan Tanah Air.
"Saya
beri waktu satu bulan Pak Kepala Pushidrosal untuk bisa menentukan atau membuka
hasilnya, biar ada kepastian," kata Yudo.
Yudo
mengatakan, dalam upaya mengungkap temuan tersebut, pihaknya juga mempersilakan
Pushidrosal bekerjasama dengan kementerian dan lembaga terkait.
Di
samping itu, eks Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Kogabwilhan I)
ini mengungkapkan, bahwa seaglider
sejauh ini hanya dimiliki sejumlah negara. Antara lain, China, Amerika Serikat,
Perancis, Kanada, hingga Jepang.
Akan
tetapi, pihaknya hingga kini masih belum bisa menyimpulkan siapa pemilik seaglider tersebut.
"Nanti
akan kita cek dulu, kita enggak berani menyampaikan ini milik siapa, karena
datanya enggak ada sama sekali," kata dia.
"Minimal
ada sedikit saja tulisan bisa kita sampaikan, karena tidak ada tulisan sama
sekali, karena dari awal saya sudah tanya, 'Apakah ada tulisan? enggak ada'.
Makanya nanti setelah kita bongkar ini ketahuan miliknya siapa," imbuh
Yudo.
Bukan untuk
Spionase
Kekhawatiran
publik atas temuan tersebut sedikit memudar setelah pihak TNI memastikan bahwa seaglider bukanlah untuk kegiatan
spionase atau mata-mata.
Ia
mengatakan, seaglider pada dasarnya
untuk kepentingan riset.
"Jadi, alat
ini lebih kepada riset, namun tentunya bagaimana yang menerima data tersebut
menggunakannya untuk apa? Jadi, alat ini lebih kepada untuk riset bawah laut, karena
memang alat ini tidak bisa mendeteksi kapal, jadi bukan untuk kegiatan mata-mata
dan sebagainya," jelas dia.
Selain
itu, seaglider juga berfungsi untuk
mengambil data dan validitas arus.
Ia juga
memastikan bahwa alat tersebut tidak bisa untuk mendeteksi kapal selam maupun
kapal pada umumnya.
Sebab, seaglider yang ditemukan tidak bisa
menangkap sonar sebagaimana yang dimiliki TNI AL.
"Jadi, ini
hanya untuk data-data kedalaman air laut di bawah permukaan. jadi tidak bisa
mendeteksi keberadaan kapal kita yang di atas air dan kapal-kapal yang melintas, tidak bisa,"
kata dia.
Akan
tetapi, kata Yudo, data-data yang terekam seaglider
ini juga bisa digunakan untuk kepentingan industri maupun militer.
Untuk
industri, seaglider dapat digunakan
untuk keperluan pengeboran hingga kedalaman air laut.
Sementara,
dalam ranah militer, benda ini juga bisa digunakan untuk membuat jalur melalui
data yang ditangkapnya.
Ancaman
Kedaulatan
Sementara
itu,pengamat militer dari Institute
for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi,
mengatakan, penggunaan seaglider itu
mungkin sudah direncanakan.
"Sulit
untuk tidak mengatakan bahwa penggunaan seaglider
itu bukan sesuatu yang disengaja, bahkan direncanakan," kata Fahmi kepada wartawan, Senin
(4/1/2021).
Hal itu
bukannya tanpa alasan, sebab lokasi penemuan alat tersebut yang berada di
kawasan perairan teritorial Indonesia.
Indonesia
sendiri sejauh ini juga belum mengeluarkan klaim atas kepemilikan perangkat
itu.
Menurut
Fahmi, temuan itu merugikan kepentingan nasional dan berpotensi mengancam
kedaulatan Indonesia.
"Siapapun
pemiliknya, menurut saya perangkat tersebut telah digunakan untuk tujuan-tujuan
yang buruk, berpotensi merugikan kepentingan nasional dan mengancam kedaulatan
kita," jelas dia.
Ia
menambahkan, seaglider memiliki
banyak fungsi terkait intelijen dan pengamanan, terutama untuk operasi-operasi
serta pergerakan bawah air.
Selain
itu, perangkat itu juga memungkinkan untuk mengetahui data dan informasi
strategis menyangkut kedalaman dan lapisan laut yang tentu sangat berguna bagi
pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan.
Karenanya,
pengungkapan pemilik dan pengguna perangkat itu harus menjadi prioritas utama.
"Jika
negara atau pihak penggunanya sudah diketahui, langkah yang harus ditempuh
pemerintah pastinya adalah menggunakan saluran diplomatik untuk menyampaikan
protes dan peringatan keras. Termasuk mengkaji kemungkinan adanya langkah hukum
terhadap pihak-pihak yang terlibat," ujarnya.
Pemerintah
dan DPR juga harus segera mendiskusikan langkah yang mesti diambil untuk
meningkatkan kemampuan menutup celah rawan ini, dari aspek regulasi hingga
kebutuhan perangkat deteksi dan penangkalannya.
Sebab,
Fahmi menyebut, keamanan laut Indonesia masih menyisakan banyak celah rawan,
baik di perbatasan maupun di perairan teritorial.
Hal ini
bukan hanya karena persoalan keterbatasan alutsista, tetapi juga karena
praktik-praktik buruk dalam pengelolaan keamanan laut belum sepenuhnya hilang.
"Termasuk
ego sektoral dan masih belum tuntasnya persoalan tumpang tindih kewenangan
dalam pengelolaan keamanan laut," tutupnya.
Publik
Jangan Berpolemik
Atas
temuan ini, Kementerian Pertahanan meminta supaya publik tak berpolemik atas
temuan tersebut.
"Terkait
dengan penemuan drone di laut
Selayar, Sulawesi Selatan, Kementerian Pertahanan mengajak publik tidak berpolemik
yang kontraproduktif," ujar Dahnil Anzhar Simanjuntak, Juru Bicara Menteri Pertahanan
(Menhan), Prabowo Subianto, dalam keterangan tertulis, Senin
(4/1/2021).
Dahnil
mengatakan, Kemenhan dan Mabes TNI, khususnya TNI AL, akan menangani kasus ini.
Ia juga
mengatakan bahwa TNI AL sudah mengeluarkan pernyataan jika benda temuan
tersebut merupakan seaglider yang
biasa digunakan untuk survei data oseanografi.
Di
samping itu, kata Dahnil, Prabowo berharap masyarakat terus mendukung TNI agar
semakin bekerja keras.
"Menteri
Pertahanan Prabowo Subianto berharap rakyat Indonesia terus mendukung TNI
bekerja keras untuk pertahanan Indonesia dan mari bersama memperkuat pertahanan
rakyat semesta untuk memastikan NKRI yang lebih kuat," katanya. [dhn]