Dalam perkembangannya, kata "mudik" mengalami
perubahan makna. Dari ati awal "pergi ke hulu sungai" menjadi "pergi ke kampung".
Istilah "mudik" baru popular sekitar 1970-an. Kata ini
menjadi sebutan untuk perantau yang pulang ke kampung halamannya. Dalam Bahasa Jawa,
masyarakat mengartikan mudik sebagai akronim dari "mulih dhisik" yang berarti
pulang dulu.
Baca Juga:
Penumpang KRL Saat Lebaran Tembus 19 Juta, Stasiun Bogor Paling Ramai
Makna mudik kemudian tidak terbatas pada kampung saja.
Kampung atau tempat asal menjadi bukan hanya merujuk pada wilayah kampung/desa,
melainkan juga wilayah kota.
Sejarah Mudik
Diberitakan Kompas.com, 6 juni 2018, kebiasaan mudik
sudah ada sejak zaman kerajaan. Dosen Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
Silverlo Raden Lilik Aji Sampurno mengungkapkan, kebiasaan mudik sudah ada sejak
zaman Majapahit dan Mataram Islam, di wilayah kekuasaan Majapahit hingga ke Sri
Lanka dan Semenanjung Malaya.
Baca Juga:
Sampah Liar di Cirebon Melonjak 30 Persen Usai Lebaran, DLH Siapkan Sanksi
Sementara, masyarakat Betawi mengartikan mudik sebagai
"kembali ke udik". Dalam Bahasa Betawi, "udik" berarti kampung. Akhirnya,
secara Bahasa mengalami penyederhanaan kata dari "udik" menjadi "mudik". (WN)
Sumber: Kompas.com
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.