WahanaNews.co, Kota Batam - Nama pengusaha Tomy Winata menjadi perhatian ketika rencana pembangunan Rempang Eco City di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau muncul ke permukaan.
Pada tanggal 12 April 2023, Tomy Winata hadir dalam acara peluncuran pengembangan kawasan Pulau Rempang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam di kantor Kementerian Koordinasi Bidang Perekonomian.
Baca Juga:
Bahlil Lahadalia Jawab Tudingan Bohong Soal Investasi Rp175 Triliun di Rempang
Acara tersebut juga dihadiri oleh Kepala Badan BP Batam dan Wali Kota Batam Muhammad Rudi, Gubernur Kepri Ansar Rahmat, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Wakil Menteri ATR/BPN Raja Juliantoni, serta Staf Ahli Menko Perekonomian Elen Setiadi.
Tomy Winata adalah pemilik PT Makmur Elok Graha, perusahaan yang memiliki hak eksklusif atas proyek Rempang Eco City.
Melansir Kompas TV, Rencana pembangunan ini pertama kali digagas pada tahun 2004 dan melibatkan kerjasama antara PT Makmur Elok Graha dan Badan Pengusaha (BP) Batam yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Batam.
Baca Juga:
2 Orang Penyebar Berita Hoax Penangkapan UAS soal Rempang Ditangkap Polisi
Proyek ini memiliki investasi senilai Rp381 triliun dan diharapkan akan menyerap 306 ribu orang dengan 50 persen dari pulau tersebut akan digunakan sebagai kawasan industri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Pulau Rempang memiliki luas 16.583 hektare, terdiri dari dua kelurahan, yakni Kelurahan Rempang Cate dan Sambulang, dengan jumlah penduduk sebanyak 7.512 jiwa.
Tomy Winata merupakan pemilik grup Artha Graha Network, bergerak di bidang telekomunikasi, keuangan, dan properti. Tomy Winata juga menjabat sebagai Wakil Komisaris Bank Artha Graha.
Mengutip pemberitaan Tribun Timur, Tomy Winata merupakan pengusaha Tanah Air yang memiliki bisnis di berbagai lini.
Ia merupakan pemilik Sudirman Central Business District (SCBD) atau Kawasan Niaga Terpadu Sudirman, di Jakarta Selatan.
Pada tahun 2016, nama Tomy Winata tercatat dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan mencapai Rp1,6 triliun.
Pada tahun 1989, Tomy Winata mendirikan PT Danayasa Arthatama.
Tomy kemudian ikut serta dalam proyek raksasa senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business Distric (SCBD) yang memiliki luas 45 hektar di jantung DKI Jakarta.
Ia juga mengambil alih Bank Inter-Pacific pada 2003. Kemudian pada 2005, Bank Inter-Pacific melalui Pasar Modal mengambil alih kepemilikan Bank Artha Graha melalui Pasar Modal, dan namanya berubah menjadi Bank Artha Graha Internasional.
Tomy Winata juga memiliki yayasan sosial yang bernama Artha Graha Peduli.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi pun telah angkat bicara terkait konflik lahan di Pulau Rempang, Batam yang sempat menimbulkan kericuhan.
Kepala Negara mengaku telah menghubungi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membahas hal tersebut.
Ia pun kembali menegaskan bahwa permasalahan yang terjadi hanya kesalahan dalam komunikasi.
Pernyataan ini disampaikannya dalam Pembukaan Sewindu Proyek Strategi Nasional 2023 di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan, Rabu (13/9/2023).
"Saya sudah sampaikan urusan yang di Rempang, tadi malam tengah malam saya telepon Kapolri," kata Jokowi dipantau dari kanal YouTube Sekretariat Presiden.
"Ini hanya salah komunikasi aja di bawah salah mengomunikasikan saja. Diberi ganti rugi, diberi lahan, diberi rumah tapi mungkin lokasinya belum tepat itu yang harusnya diselesaikan. Masa urusan begitu harus sampai Presiden?" ujarnya.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini pun menilai urusan tersebut bisa diselesaikan di daerah.
"Jika ada yang tidak mampu diselesaikan segera disampaikan, segera dilaporkan ke dirjen terkait, ke menteri terkait. Jangan perlu ditanya. 'Siap, Pak'. Gimana? 'Beres, Pak? Beres, beres'. Aman, Pak? 'Aman, aman'. Nanti begitu terakhir, 'mohon maaf, Pak. Belum selesai, Pak. Tidak bisa selesai, Pak'. Naah," tegasnya.
"Biasanya kita itu kalau sudah ada masalah dengan menteri-menteri, dengan Kapolri, dengan Panglima, rapatkan, oh sudah ketemu, selesai masalah. Ketemu solusinya setiap masalah," sambung Jokowi.
Mengutip Kompas.com, salah satu perusahaan yang menyatakan serius berinvestasi di Pulau Rempang jika Rempang Eco Park ini terealisasi Xinyi Group.
Rencananya, perusahaan asal Cina ini akan membangun fasilitas hilirisasi pasir kuarsa atau pasir silika di kawasan Pulau Rempang.
Itu merupakan wujud dari investasi Xinyi Group di Indonesia dengan nilai hingga Rp 381 triliun, yang dilakukan bertahap hingga tahun 2080.
Mengutip laman perusahaan, Xinyi merupakan salah satu produsen kaca terbesar di dunia yang menyuplai pasar kaca untuk kebutuhan rumah tangga, otomotif, konstruksi bangunan, dan sebagainya.
Pabrik dan kantor perusahaan ini berada di berbagai negara. Bahkan pabrik kaca yang rencananya akan dibangun Pulau Rempang, bakal menjadi pabrik kaca terbesar kedua setelah pabrik Xinyi di China.
Saat ini, perusahaan yang berdiri sejak tahun 1988 tersebut tercatat sebagai perusahaan terbuka di Hong Kong. Sementara pabriknya banyak berada di China Daratan.
Dilansir Antara, investasi Xinyi di Indonesia tak hanya mengincar pasar di Asia Tenggara, namun juga bahan baku kaca berupa pasir silika yang banyak terdapat di Indonesia.
Menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu produsen panel surya terkemuka di dunia.
Bahlil menjelaskan bahwa Presiden telah memerintahkan kepada mereka untuk mencari investor di berbagai sektor, tidak hanya di sektor nikel, copper, atau timah.
Indonesia memiliki cadangan yang sangat besar dari pasir kuarsa, yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk pembuatan kaca dan panel surya. Dalam era energi hijau, pasir kuarsa dan pasir silika ini akan menjadi bahan yang sangat dibutuhkan.
Bahlil juga menyebut bahwa mereka sedang menjajaki kerja sama dengan Xinyi Group, perusahaan kaca terbesar asal China, yang berencana untuk berinvestasi di Rempang, Batam, Kepulauan Riau.
"Xinyi ini adalah perusahaan terbesar pabrik kaca dunia. Dia menguasai market share dunia itu 20 persen lebih. Nah saya lakukan diskusi, mereka akan berniat lakukan investasi di Rembang," katanya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]