WahanaNews.co | Pemerintah Indonesia sudah mulai merespon terkait ketegangan antara Rusia dan Ukraina, melalui Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Judha Nugraha, mengaku telah menyiapkan rencana kontingensi untuk WNI yang kini berdiam di Ukraina.
"KBRI juga bekerja sama dengan Kemlu dan juga beberapa perwakilan di wilayah dekat dengan Ukraina. Kita telah membangun apa yang kita sebut sebagai rencana kontijensi untuk mengantisipasi jika ada eskalasi di kemudian hari," ujar Judha dalam press briefing kemarin.
Baca Juga:
Mayoritas Server di Luar Negeri, Kominfo Kesulitan Tindak Judi Online
Judha mengungkapkan, ada 131 WNI yang kini berada di Ukraina. Ia mengatakan sekitar 78 orang bertempat tinggal di kota Kiev.
Selain itu, Judha mengatakan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kiev juga telah membuat grup Whatsapp untuk memastikan jalur komunikasi tetap terjalin.
KBRI Kiev sendiri juga telah mengimbau WNI di Ukraina untuk melakukan lapor diri dan pemutakhiran data. Tujuannya, agar data yang dimiliki KBRI merupakan data terbaru.
Baca Juga:
Longsor Terjadi di Papua Nugini, Kemenlu Pastikan Tak Ada WNI Jadi Korban
Kondisi Ukraina dan Rusia kini semakin memanas. Baru-baru ini, Amerika Serikat yang berposisi mendukung Ukraina dan NATO, mengirimkan 3.000 tentara mereka ke sekitar Ukraina.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, pengiriman tentara dilakukan untuk memperkuat negara-negara NATO menghadapi Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang kian agresif menambah pasukan di perbatasan Ukraina.
Sementara itu, sekitar 130 ribu warga sipil Ukraina bersiap menjadi tentara cadangan untuk menghadapi ancaman Rusia.
Lebih dari 100 ribu warga sipil bergabung dalam pasukan Pertahanan Teritorial, yang mana baru dibentuk pemerintah Ukraina di awal 2022. Pembentukan pasukan ini dilakukan setelah Rusia menempatkan 120 ribu tentara di sepanjang perbatasan kedua negara.
Sementara itu, Rusia mengklaim pengiriman tentara ke perbatasan bukan untuk invasi. Putin sendiri menuduh AS sengaja menyeret Rusia ke dalam perang bersama Ukraina.
Putin menuding fokus utama Washington saat ini bukanlah keamanan Ukraina, melainkan mengendalikan Rusia.
"Dalam hal ini, Ukraina sendiri merupakan instrumen untuk mencapai tujuan tersebut," kata Putin.
"Ini bisa dicapai dengan berbagai cara, salah satunya dengan menyeret kami ke semacam konflik senjata, dan dengan bantuan sekutu mereka di Eropa, memaksakan penjatuhan sanksi keras untuk kami, yang tengah mereka bicarakan di AS." [bay]