“Jangankan hartanya, istri dan anak pendukungnya diberikan kepada Habib Syiah. Sejatinya kelompok Syiah dan Salafi Wahabi di timur tengah itu berkonflik dan berperang bukan karena mempertahankan agama, tapi memperebutkan kekuasaan atas nama agama, sebab budaya di Timur Tengah cenderung jika menyelesaikan persoalan jika tidak ada titik terang adalah dengan perang,” jelas Ken.
Jika budaya konflik perang tersebut dibawa dan digeser ke Indonesia dan masing masing kelompok itu juga menyebarkan paham dendam kebencian nya kepada masyarakat Indonesia maka hal ini yang sangat berbahaya dan mengakibatkan konflik horizontal.
Baca Juga:
Ketua PBNU Sebut Pengurus yang Maju Pilkada 2024 Bakal Dinonaktifkan
Jumlah kelompok Habib Syiah dan Salafi Wahabi di Indonesia saat ini masih kecil, jika mereka sudah besar, tidak mustahil Indonesia akan menjadi medan perang untuk mereka dan berpotensi akan menjadi negara seperti Suriah dan Libya yang dulu damai dan sejahtera kini menjadi negara yang hancur.
Saat ini masyarakat sudah cerdas dan belajar sejarah, banyak tokoh Kyai dan Ulama Nusantara yang berani mengkritisi dengan membuat studi dan tesis tentang sejarah yang di manipulasi oleh kelompok Habib Syiah dan Salafi Wahabi dibongkar dan menjadi diskusi umum di masyarakat sehingga tercerahkan.
“Jika konflik Habib Syiah dan Salafi Wahabi tidak diantisipasi dan ditangani cepat, maka diperkirakan akan menjadi bom waktu dan kedepan akan menjadi potensi konflik yang lebih besar,” tutup Ken.
Baca Juga:
Bahas NU-PKB, 60 Kiai Sepuh Kumpul di Tebuireng
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.