Penambahan
kapasitas pembangkit tersebar di seluruh Indonesia. Di Sumatera, kapasitas
pembangkit listriknya pada 2015 baru mencapai 11,4 GW kemudian meningkat
menjadi 12,6 GW per September 2020.
Di
periode yang sama, kapasitas pembangkit di Jawa, Madura, Bali, dan Nusa
Tenggara meningkat dari 37,8 GW menjadi 41,8 GW.
Baca Juga:
Ratusan Ribu Masyarakat Menjadi Pelanggan PLN UP3 Cengkareng Per Februari 2024
Kapasitas
pembangkit di Kalimantan meningkat dari 2,5 GW menjadi 3,9 GW. Kapasitas
pembangkit di Sulawesi meningkat dari 2,96 GW menjadi 3,62 GW. Adapun kapasitas
pembangkit di Maluku dan Papua naik dari 0,8 GW menjadi 1,3 GW.
Setali
tiga uang, rasio elektrifikasi nasional juga tumbuh signfikan dalam 5 tahun
terakhir. Di tahun 2015, rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 88,3%.
Kemudian di bulan Agustus 2020, rasio elektrifikasi Indonesia telah mencapai
99,1% atau naik hampir 11% dalam 5 tahun terakhir.
Agung
menyebut, selain untuk meningkatkan rasio elektrifikasi, ketersediaan pasokan
listrik juga membuat PLN siap memenuhi kebutuhan listrik, baik untuk pelanggan
industri maupun bisnis.
Baca Juga:
PLN Siagakan 81 Ribu Petugas Jaga Kelistrikan Andal Selama Ramadan dan Cuaca Ekstrem
"Pembangunan
infrastruktur kelistrikan tidak hanya sebatas menghadirkan listrik ke
pelanggan, melainkan juga menggerakan roda ekonomi dan meningkatkan
kesejahteraan," ungkap dia.
Diberitakan, Menteri BUMN,
Erick Thohir,
menyurati Menteri ESDM,
Arifin Tasrif,
soal kondisi PLN di masa pandemi Covid-19, baik masalah
operasional maupun keuangannya. Erick meminta Arifin untuk membantu PLN
mengatasi masalah kelebihan pasokan listrik dari pembangkit.
Permintaan
tersebut berupa pembatasan pemberian izin usaha penyediaan listrik dan captive power, sehingga pelaku usaha
diharuskan membeli listrik secara langsung lewat PLN.