"Ada dua kata yang ingin saya menggarisbawahi yakni ndablek dan bandel. Artinya itu mungkin puncak dari kekesalan dan kekecewaan Presiden terhadap beberapa peristiwa terakhir yang viral," katanya.
Menurutnya, kekesalan yang disampaikan Prabowo sangat wajar dikarenakan dirinya sebagai Presiden harus turun tangan untuk mengatasi kegaduhan yang ditimbulkan oleh para Menteri baik secara langsung ataupun melalui perantara.
Baca Juga:
Gerindra Bocorkan Ada Menteri yang Tak Seirama, Prabowo Siapkan Langkah Tegas
"Mulai dari LPG, pagar laut sampai PPN yang tidak jadi naik. Dalam tanda petik Presiden harus menjadi Damkar untuk memadamkan kecerobohan bawahan pembantunya," tuturnya.
Di sisi lain, Agung turut menyoroti momen penyampaian peringatan yang dilakukan Prabowo dalam acara Harlah NU. Menurutnya, hal itu dapat dimaknai bahwa Presiden ikut bersama dengan publik yang merasa kecewa dengan kinerja jajaran Kabinet Merah Putih.
"Presiden ini gaya bahasanya low-context, ngomong apa adanya. Iya atau enggak, tidak bisa abu-abu. Ketika beliau ngomong di Harlah NU, artinya dia bersama publik. Kalau publik kecewa, kesal, dia akan mengikuti arus itu," jelasnya.
Baca Juga:
Sinyal Reshuffle Prabowo: Menteri Tak Bekerja untuk Rakyat Akan Disingkirkan
Ia mengatakan indikasi reshuffle juga semakin menguat lantaran Ketua Harian Gerindra Sufmi Dasco Ahmad ikut menguatkan pernyataan Prabowo dengan menyebut ada Menteri yang tidak seirama.
Lebih lanjut, Agung mengatakan idealnya pelaksanaan reshuffle awal pemerintahan baru akan dilakukan setelah kurang lebih berjalan enam bulan.
Kendati demikian, ia menilai tidak menutup kemungkinan kocok ulang bisa dilakukan lebih awal dari kebiasaan apabila memang ada perilaku atau kinerja menteri yang sangat buruk dan dianggap tidak dapat berubah.