WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Direktur dan Country Chair Shell Indonesia, Ingrid Siburian, menegaskan bahwa zat aditif yang ditambahkan dalam bahan bakar minyak (BBM) tidak berfungsi untuk mengubah angka Research Octane Number (RON).
Pernyataan ini disampaikan Ingrid dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi XII DPR RI, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Maut dari Langit: Serangan AS di Yaman Renggut Puluhan Nyawa Migran
Menanggapi isu yang berkembang di masyarakat mengenai pencampuran BBM dengan zat aditif, Ingrid menegaskan bahwa proses yang dilakukan Shell tetap menjaga nilai oktan sesuai standar.
"Kalau dari Shell, oktannya tetap, Pak. Dalam proses kami, tidak ada perubahan RON," ujar Ingrid di hadapan para anggota dewan.
Shell Indonesia Impor Base Fuel Sesuai RON
Baca Juga:
Pertaruhan Strategis Arab Saudi: Antara F-35A Amerika dan Jet Tempur China
Lebih lanjut, Ingrid menjelaskan bahwa Shell mengimpor base fuel dengan nilai RON yang sudah sesuai pesanan.
Setelah tiba di terminal penyimpanan, Shell hanya menambahkan zat aditif untuk meningkatkan kualitas bahan bakar, tanpa mengubah nilai oktan.
"Produk yang kami bawa memang base fuel, misalnya RON 92 itu memang sudah RON 92 sejak awal. Kemudian kami tambahkan zat aditif di terminal kami," jelasnya.
Saat ditanya apakah zat aditif bisa meningkatkan angka RON, Ingrid menegaskan bahwa zat tersebut hanya berfungsi menambah keunggulan produk, bukan menaikkan nilai oktan.
"Zat aditif itu untuk menambahkan value, bukan untuk mengubah RON. Setiap badan usaha punya keunggulan masing-masing, dan ini adalah nilai tambah dari produk kami," ujarnya.
Isu BBM Oplosan dan Kepastian bagi Konsumen
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Haryadi, menyatakan bahwa isu pencampuran RON BBM perlu diklarifikasi agar masyarakat tidak resah.
Ia menekankan pentingnya transparansi dari perusahaan swasta maupun Pertamina mengenai proses produksi BBM.
"Kami ingin ada kepastian skema terkait pembuatan RON, sehingga tidak ada kebingungan di masyarakat," kata Bambang.
Ia juga berencana mengundang industri otomotif untuk meneliti dampak penggunaan BBM yang diklaim mengalami perubahan RON.
"Kalau RON bisa dipalsukan, tentu ada dampak pada kendaraan. Kami ingin mendengar langsung dari industri otomotif apakah ada kendala seperti korosi atau masalah lainnya akibat BBM yang tidak sesuai," tambahnya.
Pernyataan Ingrid Siburian sekaligus menjadi klarifikasi atas isu yang beredar.
Shell Indonesia memastikan bahwa zat aditif yang digunakan hanya untuk meningkatkan kualitas bahan bakar, tanpa mengubah nilai RON yang sudah ditetapkan.
[Redaktur: Rinrin Kaltarina]