WahanaNews.co | Presiden Joko Widodo telah mengresmikan proyek Sodetan Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, Jakarta, pada Senin 31 Juli 2023. Proyek Sodetan tersebut sempat terhenti atau "mangkrak" selama beberapa tahun sebelumnya.
"Sodetan Ciliwung ini telah menjadi permasalahan selama bertahun-tahun, hampir 11 tahun, dan hari ini akhirnya selesai. Hal ini dapat mengatasi banjir di setidaknya enam kelurahan," ujar Jokowi saat acara peresmian.
Baca Juga:
Tingkatkan Daya Saing, Kementerian PU Gelar Konstruksi Indonesia 2024 di ICE BSD
Jokowi menyatakan bahwa selesainya proyek Sodetan Ciliwung ini diyakini dapat mengurangi persoalan banjir di Jakarta yang disebabkan oleh aliran Sungai Ciliwung, yaitu sekitar 62 persen dari total masalah banjir di kota tersebut.
"Namun, masih ada 38 persen pekerjaan yang harus diselesaikan. Hal ini harus dilakukan bersama-sama oleh Kementerian PUPR dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta," tambah Jokowi.
Jokowi juga menjelaskan bahwa masalah banjir di DKI Jakarta tidak hanya berasal dari Sungai Ciliwung. Ada sekitar 12 sungai lainnya, seperti Sungai Sunter, Sungai Cipinang, Sungai Baru Barat, Sungai Baru Timur, Sungai Mookervaart, dan Sungai Pesanggrahan, yang juga berkontribusi terhadap permasalahan banjir di kota tersebut.
Baca Juga:
Konstruksi Indonesia 2024, Menteri Dody Tekankan Penggunaan Produk Dalam Negeri
"Kita juga tidak boleh mengabaikan masalah banjir rob yang naik ke daratan DKI Jakarta. Oleh karena itu, penanganan banjir di Jakarta harus dilakukan secara komprehensif dari hulu sampai hilir," tegas Jokowi.
Untuk penanganan Sungai Ciliwung, Jokowi menyatakan bahwa proyek tersebut telah diselesaikan dari hulu, yakni dengan membangun Bendungan Ciawi dan Sukamahi di Kabupaten Bogor, serta hilirnya dengan proyek Sodetan Ciliwung di wilayah DKI Jakarta.
"Sekali lagi (pengentasan banjir Jakarta) harus dikerjakan bersama-sama Kementerian PUPR dengan pemerintah provinsi DKI Jakarta, bersama sama. Ini persoalan yang sangat kompleks dan tidak mudah," kata Jokowi.
Proyek Sodetan Ciliwung ini telah dimulai pada tahun 2013 berdasarkan usulan Joko Widodo saat ia menjabat sebagai gubernur.
Namun, pada tahun 2015, proyek ini mengalami henti sementara karena menghadapi kendala dalam pembebasan lahan. Baru pada tahun 2021, proyek ini kemudian kembali dilanjutkan.
Biaya pembangunan proyek ini sangat besar, mencapai Rp 1,2 triliun sebagai biaya investasi yang diperlukan. [eta]