Penyaluran cadangan beras dilakukan melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta bantuan pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Arief juga menyebut neraca pangan strategis terus diperbarui untuk menjaga keseimbangan antara produksi dan konsumsi nasional.
Baca Juga:
Pemerintah Tahan Kenaikan Tarif Listrik TW II, PLN Fokus pada Pelayanan Maksimal
Pada Januari–Juni 2025, diperkirakan ada surplus beras sebesar 3,33 juta ton naik 128 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya 1,46 juta ton. Kenaikan tersebut menambah stok sekitar 1,87 juta ton.
Menurut Arief, ketersediaan pasokan yang memadai berdampak positif terhadap harga yang terkendali dan inflasi yang rendah, sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga di berbagai wilayah.
Komponen inflasi pangan atau volatile food pun tetap stabil setelah puncak Ramadan dan Lebaran. Hal ini menunjukkan efektivitas intervensi yang dilakukan pemerintah.
Baca Juga:
Ini Sekolah Rakyat akan Dibuka di Sumut Tahun 2025
Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar, menambahkan bahwa stabilitas harga turut dipengaruhi oleh penyerapan beras dan meningkatnya permintaan domestik.
Komoditas seperti daging dan telur mengalami lonjakan permintaan selama bulan puasa.
Amalia juga mencatat bahwa aktivitas penggilingan dan penyosohan gabah turut meningkat. "Dampaknya, cadangan beras pemerintah saat ini sudah melebihi 3,5 juta ton," jelasnya.