WAHANANEWS.CO, Jakarta - Pemerintah melaporkan bahwa stok beras nasional saat ini telah mencapai 3,8 juta ton, jumlah tertinggi yang tercatat dalam lebih dari dua dekade terakhir.
Namun, pencapaian tersebut tidak boleh membuat pemerintah lengah. Guru Besar IPB, Prof. Dwi Andreas, menegaskan pentingnya langkah antisipatif terhadap kemungkinan pembuangan (disposal) beras akibat penurunan kualitas.
Baca Juga:
Program Sekolah Rakyat Jadi Prioritas Nasional, Kelembagaan Disiapkan Kemensos
“Kekhawatiran saya tahun ini kita akan melakukan disposal beras cukup besar. Perhitungan saya bisa di atas 100 ribu ton karena mutu beras yang sudah mulai menurun,” ujar Dwi dikutip dari RRI, Minggu (18/5/2025).
Ia memperingatkan bahwa jika kualitas beras memburuk hingga harus dibuang, maka negara akan menanggung kerugian besar.
Ia mengingatkan bahwa kejadian serupa pernah terjadi lima tahun lalu.
Baca Juga:
Perkuat Distribusi Nasional, Meutya Hafid Luncurkan Regulasi Pos Komersial
“Seperti tahun 2020, kita melakukan disposal beras sebanyak 20 ribu ton. Itu membuat negara rugi hingga Rp230 miliar,” tambahnya.
Melihat tingginya cadangan beras saat ini, Dwi menilai perlu ada langkah mitigasi dari pemerintah agar tidak terulang peristiwa serupa.
“Saya sampaikan hati-hati ya, jangan sampai terlena,” imbuhnya.