"Di pasaran semua jenis pupuk non subsidi mengalami kenaikan harga, ditambah jenis pupuk phonska langka di pasaran, dan harga obat-obat pertanian melambung tinggi,” kata Irawan.
Dia menjelaskan, meskipun pupuk subsidi tersedia di Gapoktan, namun, pupuk subsidi yang di peroleh dari Gapoktan hanya dua sak yakni 100 kg, jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan petani, untuk sehektare kebun singkong petani membutuhkan 400 kg pupu.
Baca Juga:
Satumar: Puskud Riau Kunker Demplot Petani Sawit Bengkalis
Selain pupuk, petani singkong juga membutukan obat-obatan pertanian yang harganya juga mahal, seperti obat semprot untuk membasmi hama dan rumput. Harga obat semprot di pasaran berkisar Rp 80 ribu hingga 90 ribu per liter.
Natio (60), petani singkong lainnya di desa tersebut mengatakan, stok kebutuhan pupuk subsidi tidak seperti yang sering diungkapkan para pejabat pemerintahan yang selalu menyatakan ketersediaan pupuk subsidi untuk para petani tercukupi. Namun faktanya, kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk menjadi kendala yang dihadapi para petani dari tahun ketahun.
"Permasalahan yang dihadapi petani singkong di Desa kami dan daerah lainya di Lampung yakni kelangkaan pupuk subsidi dan mahalnya harga pupuk non subsidi telah menjadi kendala setiap tahunnya," ujar Natio.
Baca Juga:
DPR Minta Pemerintah Perbanyak Kios Pupuk Nonsubsidi
Menurut dia, saat ini para petani singkong sedikit lega karena harga singkong dinilai bagus, saat ini harga singkong Rp 1.950 per kg, harga tersebut merupakan harga kotor, setelah dipotong biaya bongkar muat dan potongan dari pabrik pengempul Singkong tapioka berkisar 25 persen hingga 30 persen, petani singkong menerima harga bersih Rp 1.500 per kg.
Dia berharap permasalahan kelangkaan pupuk subsidi di daerah menjadi perhatian khusus pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, selain itu, Natio juga berharap harga singkong tetap stabil di harga standar yakni 1.500 per kilogram karena jika harga singkong dibawah standar maka para petani tidak mendapatkan keuntungan.
"Kalau harga singkong dibawah harga standar, maka kami para petani singkong tidak mendapatkan keuntungan dari hasil panen karena biaya operasional tidak sebanding harga jual singkong," ujar Natio. [tum]