"Saya pulang, dulu, jam 4 sore, 5 sore, sudah enggak ada orang. Sekarang penuh di kantor sampai jam 9 malam. Berubah. Karena kita tidak akan pernah selesai kalau mereka belum sejahtera. Hayo. Mana loh pertanggungjawaban kalian," sambungnya.
"Saya keras karena itu dititipkan Tuhan kepada kita, bukan hanya agama, kita dibayar untuk ngurusi mereka. Paham!? Saya keras lho, saya enggak mau foto dengan kalian. Paham ya anak-anakku semuanya!?" ujarnya kembali.
Baca Juga:
Mensos Risma Dapat Pujian dari Profesor Asien-Afrika Institut di Universität Hamburg Jerman
Tidak hanya itu saja, ia juga singgung soal kerja dengan hati untuk membantu orang miskin, dan banyak orang di sekitar masih hidup dengan tidak layak.
"Saya ngomong sama staf saya, 'Bu, ke Labuan Bajo, ibu rekreasi,' gila itu saya melihat orang miskin saja enggak tega, ngapain saya rekreasi? Saya enggak mau itu gunakan itu," kata Risma.
Menurutnya, masih banyak orang-orang yang membutuhkan perhatian. Kalau mereka hidupnya lebih bagus, kita berhak untuk hidup lebih bagus, tapi kalau kalau mereka belum, kita tidak berhak, termasuk saya.
Baca Juga:
Mensos Risma Dapat Apresiasi dari Forum Infrastruktur OECD Terkait Orientasi Pembangunan Infrastruktur Bencana
"Saya ingat, ada anak pendamping PKH dari Yahukimo itu, itu dia untuk saya ngomong mau vidcall dengan kalian, yang terjadi dia harus jalan kaki 3 hari 2 malam jalan kaki hanya untuk dapat sinyal, dia bisa vidcall dengan saya," tambahnya.
Selain itu, Risma juga mengingatkan soal banyak orang yang lebih sengsara. Dia menyebut pekerjaan itu urusannya dengan Tuhan, bukan masalah duniawi.
"Saya habis kerja keras begini saya masih pakai alat untuk penyangga ini, sakit sekali, tapi saya pastikan enggak ada mundur. Saya mau ke sini hari ini, saya pergi ke sini meskipun risikonya saya kumat lagi tapi itu saya ambil," ujar Risma.