WahanaNews.co | Saat melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) penembakan, AKBP Ridwan Soplanit mantan Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan mengatakan, pihaknya tidak menemukan handphone di dalam saku celana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J
Hal tersebut diungkap Ridwan saat memberikan kesaksian dalam persidangan perintangan penyidikan pembunuhan Brigadir Yosua dengan terdakwa Hendra Kurniawan dan Agus Nurpatria di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 3 November 2022.
Baca Juga:
Jessica Wongso Disebut Jaksa Manfaatkan Film Dokumenter Tarik Simpati Publik
Saat itu, Ridwan yang merupakan kepala tim memimpin anak buahnya untuk melakukan olah TKP penembakan Brigadir Yosua di rumah dinas Ferdy Sambo di Komplek Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan pada 8 Juli 2022. Baca juga: Sri Mulyani Naikkan Cukai Rokok Elektrik dan Vape 15 Persen
"BAP nomor 9, 'Saya mengingatkan agar barang bukti maupun saksi, CCTV, senpi, HP dan barang bukti lainnya'. Barang bukti apa yang sudah diambil tanggal 8?" tanya tim penasihat hukum terdakwa Hendra Kurniawan dan Agus Nurpatria.
Ridwan membenarkan dirinya meminta agar anak buahnya mengecek handphone di saku celana jenazah Brigadir Yosua.
Baca Juga:
Ratusan Guru Gelar Aksi Solidaritas, Kawal Sidang Perdana Guru SD Konawe
Namun, handphone tersebut tidak ditemukan sehingga Ridwan meminta anak buahnya untuk mencari lagi di beberapa tempat lain.
"Saya tanya, coba cek HP yang dimiliki Yosua, waktu di cek di saku korban tidak ada. Kemudian saya menanyakan ke ajudan, 'Coba kalian cek itu HP Yosua'. Apakah saat itu tertinggal di mobil atau di mana, itu yang terkait masalah HP," ungkap Ridwan.
Sebelumnya, Ridwan Soplanit mengaku terguncang dan tak menyangka akan ada intervensi dalam kasus dugaan pembunuhan Brigadir J. Hal itu diungkapkan Ridwan saat menjadi saksi untuk terdakwa Irfan Widyanto.
"Apa alasan nggak langsung mengamankan CCTV?" tanya penasihat hukum terdakwa Irfan Widyanto di ruang pengadilan, Kamis, 3 November 2022.
"Pada tanggal 8 itu bagi saya problem itu tantangan bagi saya, itu pada saat kita sudah olah TKP dan memang merasa situasi terintervensi ya karena bukan lagi head to head orang per orang," jawab Ridwan.
Intervensi Terjadi Sejak Olah TKP
Menurut Ridwan, intervensi itu telah terjadi sejak saat pihaknya melakukan olah TKP di lokasi, yang mana dilakukan oleh Propam Polri sendiri. Tindakan dan langkah perwira tinggi di Propam Polri bahkan sampai mengambil barang bukti hingga saksi-saksi itu yang mana membuatnya terguncang.
"Nah itu yang membuat kami sangat terguncang saat itu sebagai tim olah TKP dan saya sebagai Kasat Reskrim. Di situlah membuat energi dan fokus saya untuk bagaimana saya bisa mendapatkan kembali barang bukti, terutama saksi-saksi ini untuk saya mengkroscek kebenaran investigasi lebih lanjut," tutur Ridwan. [tum]