WahanaNews.co | Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga memberikan kuliah umum di Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali, Senin (12/2/2024.
Tema kuliah yang dibawakan Menteri PPPA itu ‘Perempuan Hebat Hadirkan Generasi Hebat’ dan dihadiri ratusan mahasiswa dan dosen Universitas Warmadewa.
Baca Juga:
Arifah Fauzi Sebut 3 Program Prioritas Kemen PPPA Butuh Sinergi Antar Kementerian dan Lembaga
Menteri PPPA menuturkan, perempuan hebat dapat terbentuk dari lingkungan yang suportif, aman dan setara sehingga sangat penting untuk melindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
“Untuk melahirkan perempuan hebat, perempuan itu harus bebas dari kekerasan, bebas dari diskriminasi, bebas dari stigma. Perempuan seringkali tidak punya mimpi untuk dirinya sendiri, makanya ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua agar membangkitkan kekuatan dan mimpi perempuan demi dirinya untuk menjadi perempuan hebat dan menghasilkan generasi hebat,” kata Menteri PPPA.
Tantangan perempuan untuk mencapai kesetaraan dalam pembangunan begitu beragam. Realitanya, nilai indeks pengukur seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) masih menunjukkan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki.
Baca Juga:
Kemen PPPA Terbitkan Pedoman Mekanisme Koordinasi Perlindungan Anak Korban Jaringan Terorisme
Demikian juga ketimpangan dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang sangat tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), TPAK perempuan pada 2023 baru menunjukkan 54,42 persen sedangkan TPAK laki-laki jauh melampaui dan mencapai 83, 98 persen.
“TPAK perempuan hingga kini masih rendah dibandingkan laki-laki. Padahal menurut data, 60 persen dari total pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Selain itu, dari banyak daerah di Indonesia yang saya kunjungi serta berdialog dengan para perempuan menunjukkan ada banyak sekali perempuan atau ibu rumah tangga yang ternyata juga berwirausaha atau memiliki pekerjaan sampingan. Ini perlu digali lebih jauh, makanya penting untuk civitas akademika juga ikut berperan meneliti hal ini,” ungkap Menteri PPPA.
Menurut Menteri PPPA, pertanyaan dalam wawancara penelitian atau riset perlu lebih sensitif terhadap jawaban-jawaban perempuan.