Bisnis anak-anak Soeharto mulai merambah ke soal pembelian alutsista (alat utama sistem senjata) yang seharusnya ditangani pemerintah dan ABRI/TNI, bukan oleh warga sipil.
Saat ada kesempatan bermain billiar dengan Soeharto, Benny Moerdani yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI memberanikan diri “menegur” Soeharto.
Baca Juga:
Cerita Letjen (purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Saling Todong Senjata dengan Pengawal PM Israel
Teguran Benny Moerdani ke Soeharto itu atas kekhawatiran akan bisnis anak-anaknya yang sudah merambah ke mana-mana dan terkesan memonopoli.
Soeharto tidak terima oleh teguran Benny yang dianggap sangat kurang ajar.
Puncaknya, hubungan Soeharto dan Benny Moerdani memburuk.
Baca Juga:
Simak! Berikut 5 Hal Menarik Tentang Jembatan Suramadu
Benny Moerdani dicopot dari jabatan Panglima ABRI, meski belakangan Soeharto menolak jika disebut pencopotan Benny akibat “teguran maut” yang telah dilakukannya.
Pada 2000-an, Benny Moerdani dikabarkan sakit keras.
Suatu hari, pada Agustus 2004, Soeharto datang menjenguk Benny yang sedang sakit keras dan terbaring di Rumah Sakit RSPAD, Jakarta.