SEHARIAN, Senin (7/12/2020), semua platform informasi, dari yang resmi sampai tingkat "emperan",
disibukkan dengan kabar bentrok aparat kepolisian versus Laskar FPI di Tol
Jakarta-Cikampek Km 50.
Berbagai
versi informasi pun beredar. Terbelah pada dua kutub besar, versi Polri dan
FPI.
Baca Juga:
HRS Sebut ‘Negara Darurat Kebohongan’, Pengacara: Itu Dakwah
Keyakinan
saya, setiap kali ada dua versi besar dari sebuah informasi, terlebih bila
mengandung perbedaan yang amat signifikan, salah satu dari versi itu biasanya
berisi kebohongan.
Artinya,
dari berbagai platform informasi yang
ikut meramaikan peristiwa tersebut, sebagian di antaranya --mungkin juga
semuanya-- pasti turut menayangkan versi yang bohongnya.
Bagi media,
selama ada mulut yang berbicara di sana, tidaklah masalah. Media hanyalah
panggung, mulut itulah aktornya. Mana mungkin sebuah "panggung" bisa
disalahkan.
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas, Ini Respon Pecinta HRS di Majalengka
Apalagi,
ketika pertunjukan itu digelar, para pengelola panggung sendiri belum tahu mana
yang fakta dan mana yang bohong.
Tiba-tiba
saja, saya teringat pada salah satu artis peran, yang biasa mengisi
panggung-panggung teater nasional, bahkan internasional. Namanya: Ratna
Sarumpaet.
Akting
hebatnya, termasuk kepiawaiannya menyusun skenario drama, membuat seorang Calon
Presiden sekahot Prabowo Subianto, juga jajaran pendukungnya yang berisi
tokoh-tokoh politik senior, terkecoh.