Kini, kedua
belah pihak, Polri dan FPI, sama-sama bergerak kilat menggelar konferensi pers
dan menyampaikan pernyataan tertulis.
Jadi, bukan
mustahil, dalam perburuan faktanya, kedua belah pihak jualah yang bakal
sama-sama riuh "bekerja".
Baca Juga:
HRS Sebut ‘Negara Darurat Kebohongan’, Pengacara: Itu Dakwah
Bahwa pada
kedua perkara itu, baik skandal Ratna Sarumpaet maupun Polri vs FPI, aksi
konferensi pers dijadikan sebagai sarana, hal itu semakin membuktikan
efektivitas dari peran media dalam membantu penyebaran sebuah kebohongan untuk
motif apapun.
Jadi,
singkatnya, pers memang selalu dilibatkan dalam sebuah kebohongan publik.
Namun, tidak semua kebohongan publik bersumber dari keterlibatan pers.
Maka,
tamengnya, regulasi pers mewajibkan hakikat objektivitas melalui formula cover both side, tidak sepihak. Selama
itu terpenuhi dan terlaksana, maka pers memang betul-betul menjalankan
fungsinya sebagai "panggung", tak sekaligus ikut "berakting" di atasnya.
Baca Juga:
Habib Rizieq Bebas, Ini Respon Pecinta HRS di Majalengka
Tentang
siapa yang kelak bakal menjadi the next
Ratna Sarumpaet, apakah Polri atau FPI, saya yakin pers pun bakal kembali
dilibatkan.
Ketika
semua faktanya terungkap, sarana konferensi pers pasti bakal dijadikan sebagai
(salah satu) perangkat terdepan yang digunakan.
So, sabarlah, meski mungkin takkan sekilat pada skandal Ratna Sarumpaet,
tapi pasti bakal ada sebuah konferensi pers "susulan" yang mengguncang publik
terkait bentrok Polri vs FPI ini.