Ia juga mengingatkan bahwa gempa besar terakhir yang mengguncang kawasan Selat Sunda terjadi pada abad ke-18, tepatnya di tahun 1700-an.
Artinya, lebih dari dua abad telah berlalu tanpa ada pelepasan energi besar di kawasan tersebut.
Baca Juga:
Bandung Raya Masih Musim Hujan, BMKG Minta Masyarakat Waspada Terhadap Potensi Bencana Alam
“Di beberapa kasus zona megathrust, perulangan gempanya terjadi antara 120 hingga 180 tahun. Ini sudah lebih dari 200 tahun dan belum rilis, ini yang menjadi perhatian kita,” jelasnya.
Menurut Daryono, peringatan ini bukan dimaksudkan untuk menebar ketakutan, melainkan untuk membangun kesadaran kolektif, baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah, dalam menghadapi kemungkinan terburuk.
“Ini harus kita sampaikan potensinya, bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyiapkan upaya mitigasi,” katanya.
Baca Juga:
Bibit Siklon Berpotensi Jadi Badai, BMKG Siaga Hadapi Pergerakan 96S
Ia mengungkapkan pentingnya langkah-langkah mitigasi seperti pemasangan rambu evakuasi, penyediaan jalur evakuasi yang jelas, serta peningkatan sistem peringatan dini yang andal.
Dalam pemodelan terbaru BMKG, sejumlah wilayah diprediksi akan terdampak signifikan jika gempa megathrust terjadi.
“Kalau dilihat dari hasil pemodelannya, gempa ini bisa berdampak terhadap kerusakan yang terjadi di Banten, Lampung, Jakarta, sebagian Jawa Barat, dan sebagian Bengkulu,” papar Daryono.