Ia juga mengingatkan bahwa gempa besar terakhir yang mengguncang kawasan Selat Sunda terjadi pada abad ke-18, tepatnya di tahun 1700-an.
Artinya, lebih dari dua abad telah berlalu tanpa ada pelepasan energi besar di kawasan tersebut.
Baca Juga:
Gempa M 5,0 Guncang Pangandaran, Getarannya Sampai ke Jawa Tengah
“Di beberapa kasus zona megathrust, perulangan gempanya terjadi antara 120 hingga 180 tahun. Ini sudah lebih dari 200 tahun dan belum rilis, ini yang menjadi perhatian kita,” jelasnya.
Menurut Daryono, peringatan ini bukan dimaksudkan untuk menebar ketakutan, melainkan untuk membangun kesadaran kolektif, baik di kalangan masyarakat maupun pemerintah, dalam menghadapi kemungkinan terburuk.
“Ini harus kita sampaikan potensinya, bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk menyiapkan upaya mitigasi,” katanya.
Baca Juga:
Muncul Lagi! Dua Bibit Siklon Ditemukan di Dekat Papua, Ini Penjelasan BMKG
Ia mengungkapkan pentingnya langkah-langkah mitigasi seperti pemasangan rambu evakuasi, penyediaan jalur evakuasi yang jelas, serta peningkatan sistem peringatan dini yang andal.
Dalam pemodelan terbaru BMKG, sejumlah wilayah diprediksi akan terdampak signifikan jika gempa megathrust terjadi.
“Kalau dilihat dari hasil pemodelannya, gempa ini bisa berdampak terhadap kerusakan yang terjadi di Banten, Lampung, Jakarta, sebagian Jawa Barat, dan sebagian Bengkulu,” papar Daryono.