WahanaNews.co | Peristiwa Sumpah Pemuda akan kembali
diperingati Bangsa Indonesia pada Rabu (28/10/2020). Bangsa Indonesia kembali
mendapat kesempatan merenungi dan mengambil nilai dari peristiwa tersebut.
"Sumpah Pemuda merupakan peristiwa besar dan maha penting
bagi bangsa kita. Begitu besarnya perannya hingga boleh dikatakan, bahwa
kemerdekaan tidak akan diperoleh seandainya tidak ada Sumpah Pemuda,"
tulis Sutejo K Widodo dalam Memaknai
Sumpah Pemuda Di Era Reformasi.
Baca Juga:
Mabes Polri Gelar Upacara Sumpah Pemuda, Indeks Pembangunan Pemuda Harus Ditingkatkan
Dosen Jurusan Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro tersebut menjelaskan peristiwa yang melatari Sumpah Pemuda. Termasuk Isi
dan Makna Sumpah Pemuda yang dibacakan pada 28 Oktober 1928.
Sejarah
Baca Juga:
Peringati Hari Sumpah Pemuda Ke-96, Danrem 182/JO Bacakan Amanat Menpora
Sumpah Pemuda diawali lewat
pergerakan di daerah dengan mendirikan organisasi yang bersifat kedaerahan.
Konflik yang terjadi dengan penjajah bersifat lokal bukan nasional.
Berikut sekilas sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928:
1915-1924: Berdirinya organisasi lokal misal Tri Koro Darmo yang
kemudian menjadi Jong Java pada 1915, Jong Soematranen Bond pada 1917, dan Jong
Islamieten Bond pada 1924.
1926: Kongres Pemuda I berhasil dilaksanakan dengan
berdirinya Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi
lintas primordial dengan anggotanya dari seluruh Indonesia.
1928: Kongres Pemuda II dilaksanakan dalam tiga rapat di
gedung berbeda atas prakarsa PPPI. Rapat pada 28 Oktober 1928 melahirkan Sumpah
Pemuda yang awalnya diucapkan sebagai Sumpah Setia.
Sebelum kongres ditutup, WR Supratman menampilkan lagu ciptaannya, Indonesia
Raya,
yang mendapat sambutan meriah. Indonesia
Raya kemudian menjadi lagu kebangsaan Indonesia yang menjadi identitas
bangsa Indonesia.
Teks
Sumpah Pemuda adalah rumusan hasil yang dicapai para peserta
Kongres Pemuda II. Berikut rumusan hasil dan teks Sumpah Pemuda:
Poetoesan Kongres Pemoeda-Pemoeda
Indonesia
Kerapatan
pemoeda-pemoeda Indonesia jang berdasarkan dengan nama Jong Java, Jong Soematra
(Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong
Batak Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, dan Perhimpoenan Peladjar
Indonesia.
Memboeka rapat pada
tanggal 27 dan 28 Oktober 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnja mendengar segala
isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini. Kerapatan laloe mengambil
kepoetoesan:
Pertama Kami poetera
dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea Kami poetera
dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga Kami poetera
dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Setelah mendengar
poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan asas ini wadjib dipakai oleh
segala perkoempoelan-perkoempoelan kebangsaan Indonesia.
Mengeloearkan
kajakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar
poetoesannja:
Kemajoean
Sedjarah
Bahasa
Hoekoem Adat
Pendidikan dan
Kepandoean
Dan mengeloearkan
penghargaan soepaja ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan
dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan.
Djakarta, 28 Oktober
1928
Teks Sumpah Pemuda yang banyak
dikenal menggunakan tiga butir keputusan dari Kongres Pemuda II.
Isi
Kandungan isi Sumpah Pemuda dan keberhasilan Kongres Pemuda II
mendapat reaksi negatif dari penjajah. Mereka melakukan memberi ruang kelompok
yang masih membela daerahnya masing-masing, untuk memecah semangat persatuan.
Penjajah juga menerbitkan pengumuman persatuan Indonesia tidak
mungkin karena tiap daerah memiliki ciri dan entitas masing-masing. Pemuda
Indonesia tentunya tidak gentar menghadapi serangan tersebut.
Sutejo menjelaskan, organisasi pemuda yang bersifat kedaerahan
justru melebur sebagai perwujudan Sumpah Pemuda dan hasil Kongres Pemuda II.
Peleburan ini dilakukan pada tanggal 31 Desember 1930 pukul 12 malam.
Organisasi yang melebur adalah Jong Java, Perhimpunan Pemoeda
Indonesia, Jong Celebes, dan Pemoeda Soematra yang awalnya bernama Jong
Sumatranen Bond. Peleburan organisasi tersebut menjadi Perkoempoelan Indonesia
Moeda.
Menurut Sutejo, sejak
Sumpah Pemuda terjadi pemerdekaan simbolik dan mental dengan menyatakan
kecintaan pada Indonesia. Istilah Hindia Belanda tak lagi digunakan dalam
perjuangan bangsa.
Selanjutnya, sejarah mencatat perjuangan memperoleh dan
mempertahankan kemerdekaan untuk Indonesia. Konflik antara pejuang dan penjajah
tidak lagi bersifat lokal. [dhn]