Proyek raksasa ini diyakini bisa menciptakan nilai tambah hingga delapan kali lipat. Dari investasi senilai US$5,9 miliar (Rp95,43 triliun), Indonesia diproyeksikan bisa memperoleh nilai ekonomi mencapai US$48 miliar atau setara Rp776 triliun.
“Dengan investasi US$5,9 miliar, akan dihasilkan nilai US$48 miliar. Delapan kali nilai tambahnya,” jelas Prabowo.
Baca Juga:
Prabowo Resmikan Industri Baterai Listrik, Sebut Jokowi Punya Andil Besar
Dampaknya pun akan meluas. Tak hanya di Maluku Utara dan Karawang, proyek ini disebut mampu menciptakan hingga 35 ribu lapangan pekerjaan tidak langsung dan sekitar 8 ribu tenaga kerja langsung.
Selain itu, kapasitas produksi baterai sebesar 15 GWh bisa menggerakkan 250.000–300.000 unit kendaraan listrik dan mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM hingga 300 ribu kiloliter.
Enam subproyek itu mencakup pertambangan nikel, dua jenis smelter (pirometalurgi dan hidrometalurgi), produksi bahan baku baterai seperti Nickel Cobalt Manganese (NCM), hingga fasilitas daur ulang baterai.
Baca Juga:
Menuju Net Zero 2060, PLN Siap Kawal Energi Bersih Lewat PLTP dan PLTS
Sementara di Karawang, pabrik baterai lithium-ion dibangun di atas lahan 43 hektare di kawasan Artha Industrial Hills.
Proyek ini dikerjakan oleh perusahaan patungan IBC dan konsorsium CBL, dan konstruksi sudah dimulai sejak November 2024.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.