WahanaNews.co | Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo
menyambangi markas Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Pusat
Muhammadiyah seusai dilantik oleh Presiden Joko Widodo, Rabu (27/1/2021).
Dalam
kunjungan tersebut, Sigit mengajak agar semua elemen masyarakat dapat saling
bekerjasama dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
Baca Juga:
Polda Lampung Lamban Tangani Kasus Pelecehan di Bawah Umur
Salah
satu bentuk kerjasama itu yakni dengan penguatan sinergi antara kepolisian dan
elemen masyarakat.
"Tadi
kita diberikan akses sampai ke cabang untuk bisa bersinergi. Jadi, Kapolsek
dengan pengurus NU cabang, kemudian Kapolres dengan pengurus NU di atasnya, sampai dengan Polda,
dan kami Kapolri bersinergi dengan pimpinan pusat PBNU, Pak Kiai Said Aqil," ujar Sigit di
Jakarta Pusat, Kamis (28/1/2021).
Ketua
Umum PBNU, Said Aqil Siradj, menyatakan, pihaknya siap memperkuat kerjasama dengan
kepolisian.
Baca Juga:
Kapolri Pastikan Pengamanan 61 Ribu Lokasi Ibadah dan Rekreasi saat Nataru
"Kita
perkuat kerjasama kita, kita tingkatkan kerjasama kita demi merawat, mengawal,
menjaga keutuhan, kekuatan NKRI," kata Said.
Sementara
itu, saat bertemu dengan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul
Mu'ti, Sigit menyatakan, penerapan moderasi beragama dapat berfungsi untuk
mengatasi masyarakat yang terpapar paham radikal dan intoleran dengan
menggunakan pendekatan yang lunak.
"Pemahaman
tentang moderasi beragama tentunya jauh lebih bermanfaat daripada kita
melakukan pendekatan-pendekatan yang bersifat hard (keras)," terang Sigit, Jumat (29/1/2021).
Mu'ti
menegaskan, Muhammadiyah mendukung program Sigit soal moderasi beragama.
"Muhammadiyah
mendukung program-program Pak Kapolri, terutama program yang berkaitan dengan
moderasi beragama. Jadi Pak Kapolri tadi menerangkan bahwa moderasi itu
merupakan program yang akan beliau kembangkan," ujar Mu'ti.
Abdul
Mu'ti melanjutkan, PP Muhammadiyah juga mendukung komitmen Sigit tentang
pendekatan humanis dan merakyat dalam menangani serta mengatasi persoalan.
"Kami
bahkan tadi mengusulkan tagline baru
untuk Kapolri, yaitu Polisi Sahabat Umat,"
tambah dia.
Keluarga
Nahdliyin Cabang Nasrani
Saat
safarinya ke PBNU, Sigit bercerita ketika dirinya diakui sebagai warga NU atau Nahdliyin.
Sigit
waktu itu masih menjabat sebagai Kapolres Pati. Ia mengaku, Kiai Happy Irianto
Setiawan merupakan tokoh NU yang paling sering mendampinginya.
"Beliau
mengobrol, kemudian beliau sampaikan, "Pak Sigit, jenengan (Anda) ini sudah jadi warga NU"," kisah Sigit.
Waktu
berjalan, Sigit pun bertanya-tanya, apakah "status keanggotaan"-nya sebagai warga NU masih berlaku.
Pertanyaan
Sigit itu pun terjawab saat ia menjabat sebagai Kapolda Banten.
Sigit
bertemu dengan Kiai Haji Ma'ruf Amin. Sigit bertanya kepada Ma'ruf, yang
saat itu masih menjabat sebagai Rais Aam PBNU.
Ia
menanyakan, apakah dirinya masih menjadi Nahdliyin?
"Kata
beliau menegaskan lagi bahwa 'Betul, Pak Kapolda adalah warga Nahdliyin
cabang Nasrani'," tutur Sigit, yang disusul gelak tawa dan tepuk tangan hadirin.
"Jadi
itu Pak, makanya mohon izin, saya berani menyampaikan bahwa sore hari ini kita
silaturahmi sesama warga Nahdliyin," sambung dia.
Polri
Dianggap Keluarga Muhammadiyah
Sementara
itu, saat menyampaikan pesan Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, Mu'ti mengatakan kepada Sigit,
Muhammadiyah telah menganggap Polri sebagai keluarga Muhammadiyah.
"Tadi
Pak Ketua Umum, Pak Haedar Nashir, menyampaikan bahwa Muhammadiyah sudah menganggap Polri ini
sebagai bagian dari keluarga Muhammadiyah," ujar Mu'ti, Jumat (29/1/2021).
Kendati
demikian, Mu'ti menyampaikan bahwa Kapolri tidak perlu menjadi anggota
Muhammadiyah, lantaran harus membayar iuran. [dhn]