WahanaNews.co | TNI Angkatan Laut berupaya untuk mencari tahu pemilik drone bawah laut, atau yang
dikenal dengan sebutan seaglider, yang masuk ke perairan Indonesia, beberapa hari lalu.
Hingga saat ini, masih belum ditemukan petunjuk awal dari kepemilikan seaglider tersebut.
Baca Juga:
Daftar Pangdam Se-Indonesia: Mayjen TNI Jimmy Ramoz Manalu Jabat Pangdam XVIII/Kasuari
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono,
menyatakan, pihaknya hingga saat ini masih belum bisa memastikan siapa pemilik seaglider yang telah ditemukan mengapung di perairan Selayar, Sulawesi
Selatan, pada tanggal 26 Desember 2020 lalu itu.
Menurut KSAL, tidak
ada petunjuk awal yang menandai pemilik ataupun pembuat benda yang sempat
menghebohkan pertahanan Indonesia tersebut.
Namun, dia
memastikan, seaglider itu memiliki karakteristik dapat bertahan di laut hingga kurun
waktu maksimal dua tahun.
Baca Juga:
Babak Baru Kasus Penembakan Bos Rental Mobil, 3 Prajurit TNI Mengaku Dikeroyok
"Saya belum bisa menentukan siapa
pemilik alat ini, karena data-data petunjuk awal dari tulisan di bodi alat ini
tidak ada, sehingga nanti akan kita teliti lebih dalam lagi di Pushidrosal. Ini tentunya kita akan koordinasikan
juga dengan Kementerian Riset atau BPPT, sehingga
kita dapat meneliti lebih dalam tentang temuan alat tersebut," kata
Laksamana TNI Yudo Margono.
Hanya saja, KSAL
memastikan, benda tersebut sebagai seaglider yang biasa digunakan untuk
kepentingan riset atau penelitian di bawah laut.
Menurut KSAL, alat Sea
Glider itu berfungsi sebagai perekam data di bawah permukaan laut, mulai
mengukur suhu oksigen di dalam laut, merekam biota laut, hingga memetakan
titik-titik kedalaman laut.
Cara kerjanya, lanjut Yudo Margono,
alat tersebut merekam gambar dari kamera yang terpasang di bodi seaglider.
Kemudian, dalam waktu tertentu, alat tersebut akan muncul ke permukaan untuk mengirimkan data
atau tangkapan informasi di bawah laut dengan menggunakan pemancar sonar yang
terdapat di antena belakang seaglider kepada Kapal Pengendali atau Satuan
Pengendali yang ada di atas kapal atau pun di darat.
Lebih jauh, KSAL menjelaskan, ada beberapa kemungkinan kenapa seaglider itu bisa sampai masuk ke perairan Indonesia.
Menurut KSAL, biasanya
seaglider itu dikendalikan melalui jarak jauh oleh kapal pengendali riset.
"Jadi, alat ini
ada semacam GPS-nya, memang dikendalikan,"
ujarnya.
Meski seaglider memiliki cara kerja untuk merekam
atau mengambil data dari bawah laut, mantan Panglima Kogabwilhan I itu
memastikan, seaglider yang masih belum diketahui pemiliknya itu tidak dapat merekam
aktivitas pangkalan laut TNI AL dan kapal perang militer yang ada
di atas permukaan laut.
"Nanti akan kita bongkar, kita
akan cek untuk mencari tahu titik point
pertama dari mana, terus sudah melewati mana saja ini. Jadi ada kemungkinan
alat ini putus dari kendalinya. Karena sekarang ini kan musim Barat, bisa jadi dari laut Jawa melipir ke
Selayar. Bisa jadi dari Utara, dari ALKI, kena arus
barat menuju Selayar. Karena, kalau
dilihat, alat ini kemungkinan sudah lama juga berada di laut,"
katanya. [dhn]