Dengan langkah ini, pengaruhnya pun semakin luas, sehingga dapat mudah menjadikan mereka mesin pendulang uang. Lebih lanjut, Soeharto juga banyak bersentuhan di dunia bisnis.
Persentuhan ini terjadi berkat kedekatannya dengan beberapa pengusaha. Salah satu yang terkenal adalah relasi Soeharto dengan Liem Sioe Liong, pendiri Salim Group.
Baca Juga:
MPR RI Bakal Kaji Ulang Pasal TAP MPR Terkait Soeharto dan Gus Dur
Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong's and Salim Group (2016) menjelaskan hubungan Soeharto-Salim bak simbiosis mutualisme.
Presiden mendukung Liem dan memastikan bisnisnya berjalan baik. Lalu sebagai timbal balik, Liem memberi cuan kepada Soeharto.
Tak hanya itu, mesin pendulang uang lainnya adalah bisnis anak-anaknya. Ini terjadi ketika putra-putrinya sudah besar dan mampu membangun bisnis sendiri. Berkat mengandalkan nama besar bapaknya, praktis bisnisnya berjalan lancar, sehingga menambah harta keluarga.
Baca Juga:
Kepemimpinan Prabowo Berpotensi Kombinasikan Gaya Soekarno, Soeharto dan Jokowi & Slogan "Penak Jamanku To?"
Salah satu cerita terjadi pada bisnis Perta Oil Marketing dan Permindo Oil Trading. Keduanya punya Tommy dan Bambang, putra Soeharto. Saat ekspor minyak sedang booming, diketahui anaknya mematok US$0,30-0,35 per barel untuk melakukan pengiriman.
Belakangan, diketahui kalau Pertamina mampu melakukan pengiriman sendiri. Dan terungkap itu hanya akal bulus untuk mencari keuntungan saja.
Selain itu, mesin kekayaan Soeharto lainnya adalah yayasan. Hal ini tertuang dalam investigasi majalah Time edisi 24 Mei 1999 berjudul "Soeharto Inc.: How Indonesia's Long Time Boss Built a Family Fortune."