Meski berbekal ilmu medis, vaksinologi dan uji klinis tetap
menjadi hal baru yang penuh tantangan dan menarik untuk dipelajari baginya.
Melansir biofarma.co.id, Novilia berkisah bahwa ada sebuah
kebanggaan tersendiri ketika ia dan tim pernah merintis satu bagian baru
bernama Evaluasi Produk yang kemudian berubah nama menjadi Uji Klinis.
Baca Juga:
Basuki: Penundaan Kenaikan Tarif Tol Akibat Pandemi, Tak Selalu Salah Pemerintah
Bagian ini dibuat saat Bio Farma mulai meluncurkan berbagai
vaksin baru, sehingga dibutuhkan satu bagian khusus yang menangani uji klinis.
"Seperti umumnya peneliti, saya tak boleh berhenti pada
satu kajian saja. Sejak ditempatkan sebagai staf evaluasi produk hingga saat
ini, di Divisi Surveilans & Uji Klinis, saya dituntut untuk terus
mengembangkan pengetahuan dan skill di bidang uji klinis dan imunologi,"
tulisnya dalam biofarma.co.id dikutip Rabu.
Ia menambahkan, banyak upaya yang ditempuh, antara lain
membaca berbagai jurnal, berkontribusi dalam berbagai working group kelas
dunia, training, hingga diskusi dengan para ahli di bidang imunologi, serta
mengoptimalkan kesempatan menempuh pendidikan di bidang S2 dan S3 yang
diberikan oleh Bio Farma.
Baca Juga:
Sri Mulyani Sampaikan Perkembangan Perekonomian Indonesia 10 Tahun Terakhir
Sebagai peneliti ia sempat berpesan, menjadi peneliti tidak
boleh mudah dan lekas berpuas diri, tidak ada kata "berhenti" untuk
belajar.
Ketika suatu penyakit dinyatakan nol kasusnya di dunia
(eradikasi) karena keberhasilan vaksin, di masa depan tak tertutup kemungkinan
akan muncul penyakit baru dan peneliti dituntut untuk terus belajar.
"Harapan saya, kita harus siap berlari sejalan dengan
produk baru yang akan dikeluarkan Bio Farma, dari berbagai aspek."