Dalam amanatnya, Presiden mengingatkan komunitas prajurit muda TNI untuk tidak melupakan sejarah perjuangan bangsa dalam meraih kemerdekaan. Sejarah itu menjadi alasan bagi Indonesia terus membangun TNI yang kuat. Presiden bangga melihat semangat dan disiplin para prajurit yang siap mengabdi dan berkorban demi bela negara. “Menjadi prajurit adalah suatu kehormatan, dan juga suatu panggilan dan kesiapan untuk berkorban. Saya bangga melihat saudara-saudara, saya bangga melihat kerelaan saudara untuk berkorban,” ujar Presiden.
Kepala Negara menegaskan, tidak ada bangsa yang bisa merdeka tanpa kekuatan militer yang tangguh. Meski Indonesia cinta damai, pengalaman pahit masa lalu menjadi pelajaran penting untuk membangun kekuatan bela negara agar kedaulatan dan kekayaan negara tetap terjaga. Dengan strategi pertahanan rakyat semesta, setiap warga negara dipanggil untuk menjaga kedaulatan setiap jengkal wilayah NKRI hingga titik darah penghabisan. ‘’Daripada dijajah kembali, lebih baik kita mati,’’ demikian pernyataan Presiden Prabowo.
Baca Juga:
Respons Sorotan Prabowo, Bahlil Siap-siap Sapu Bersih 1.000 Tambang Ilegal
Selain sejarah penjajahan, contoh pengalaman pahit lainnya adalah munculnya gangguan terhadap kedaulatan bangsa setiap kali Indonesia bertekad bangkit untuk mensejahterakan rakyat. “Kekayaan kita dirampok, kita diadu domba di antara kita. Karena itu, saya Presiden Republik Indonesia yang telah disumpah untuk memegang teguh undang-undang. Saya akan menjalankan tugas ini dengan penuh rasa tanggung jawab,” katanya.
Pernyataan Presiden tentang “daripada dijajah kembali, lebih baik mati” patut digarisbawahi. Pernyataan ini merupakan pesan moral yang relevan di tengah derasnya arus globalisasi. Dalam era terkini, ancaman tidak hanya muncul dalam bentuk gangguan atau serangan militer, tetapi juga melalui teknologi, informasi, dan ekonomi. Karena itu, semangat juang mempertahankan kemerdekaan harus menjadi bagian dari pendidikan karakter setiap anak bangsa sejak dini.
Mengacu pada data Global Firepower Index 2025 tentang kekuatan militer, Indonesia dicatat menempati peringkat ke-13 dunia. Namun, peringkat itu tidak boleh membuat setiap anak bangsa lengah. Karena itu, konsep dan strategi pertahanan rakyat semesta menjadi sangat penting untuk selalu diaktualisasikan. Sejatinya, kekuatan militer formal diperkuat oleh kesiapsiagaan seluruh elemen warga negara.
Baca Juga:
‘Tabola Bale’ Meriahkan Istana, Presiden Prabowo Ikut Bergoyang di HUT ke-80 RI
Komitmen Presiden Prabowo mencerminkan strategi pertahanan nasional yang menyatu dalam kehidupan masyarakat. Program bela negara dan pertahanan teritorial TNI perlu diperluas hingga tingkat desa. Mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI merupakan tanggung jawab semua elemen bangsa. Sejarah sudah membuktikan bahwa TNI bersama rakyat yang bahu membahu mampu menjaga dan mempertahankan setiap jengkal wilayah negara.
Itulah bukti bahwa semua desa di pelosok tanah air menjadi lumbung lahirnya puluhan juta patriot pejuang bangsa. Menurut data BPS 2024, sekitar 43,7 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Dalam konteks dan semangat pertahanan rakyat semesta, semua desa adalah benteng pertahanan negara. Maka, desa hendaknya tidak hanya menjadi lumbung pangan, tetapi juga menjadi lumbung patriotisme. Kalau warga di setiap desa patriotik, kedaulatan NKRI akan sulit sekali ditembus.
*Bambang Soesatyo adalah Anggota DPR RI/Ketua MPR RI ke-15 Ketua DPR RI ke-20 Ketua Komisi III DPR RI ke-7/Dosen Tetap Pascasarjana (S3) Ilmu Hukum Universitas Borobudur, Universitas Jayabaya, dan Universitas Pertahanan (Unhan).