KEMISKINAN bukan sekadar masalah ekonomi, tetapi sebuah persoalan yang berakar pada ketidaksetaraan struktural yang berlangsung lama.
Istilah "kemiskinan sistemik" merujuk pada situasi di mana individu atau kelompok masyarakat terperangkap dalam siklus kemiskinan yang dihasilkan oleh kebijakan ekonomi, politik, dan sosial yang tidak adil.
Baca Juga:
Dinas Pertanian Kulon Progo Salurkan Bantuan Pangan ke 57.642 Keluarga Penerima
Kondisi ini menghalangi mereka mendapatkan akses ke pendidikan, kesehatan, pekerjaan yang layak, dan kesejahteraan.
Akibatnya, generasi demi generasi hidup dalam keterbatasan tanpa peluang untuk bangkit. Jejak kemiskinan sistemik dapat dilihat di berbagai aspek kehidupan, dari daerah pedesaan yang terpencil hingga kantong-kantong urban yang miskin.
Realitas ini menunjukkan bahwa kemiskinan bukan sekadar kurangnya uang, melainkan ketidakmampuan individu dan kelompok untuk memperoleh hak-hak dasar mereka.
Baca Juga:
Babinsa Koramil 420-07/ Sei Manau Melaksanakan Patroli Pencegahan Karhutla Di Wilayah Binaan
Konsekuensi dari kemiskinan sistemik sangat luas. Bukan hanya menimbulkan penderitaan individu, tetapi juga berdampak pada stagnasi ekonomi nasional, ketidakstabilan politik, serta peningkatan ketegangan sosial.
Ketika masyarakat terus-menerus terperangkap dalam kemiskinan, kapasitas mereka untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi menjadi sangat terbatas.
Anak-anak dari keluarga miskin cenderung mengalami kesulitan dalam pendidikan, sehingga memperbesar kemungkinan mereka tetap berada dalam lingkaran kemiskinan.
Konsekuensi Kemiskinan Sistemik
Kemiskinan sistemik tidak hanya menyangkut kekurangan material, tetapi juga mencakup ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan.
Menurut Britha Mikelsen, kemiskinan berkaitan dengan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar, dan bukan karena dikehendaki oleh orang miskin itu sendiri.
Jenis-Jenis Kemiskinan
• Kemiskinan Kronis (Persistent Poverty)
Kemiskinan yang telah kronis atau turun temurun, sering dijumpai di daerah kritis sumber daya alam atau terisolasi.
• Kemiskinan Siklus (Cyclical Poverty)
Kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara keseluruhan.
• Kemiskinan Musiman (Seasonal Poverty)
Kemiskinan musiman, seperti kasus-kasus nelayan yang mengalami kesulitan ekonomi saat musim tertentu.
Strategi Pengentasan Kemiskinan
Strategi pengentasan kemiskinan yang efektif melibatkan dua komponen utama: melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara, serta membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan kronis dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.
Strategi Jangka Pendek
• Memindahkan Sumber Daya
Memindahkan sumber daya ke kaum miskin dalam jumlah yang memadai. Perbaikan keadaan kemiskinan dalam jangka pendek dapat dilakukan dengan menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memperbaiki distribusinya.
• Pengembangan Sistem Jaminan Sosial
Meningkatkan akses ke sistem jaminan sosial untuk memastikan bahwa masyarakat miskin memiliki hak-hak dasar yang terjamin.
Strategi Jangka Panjang
• Menumbuhkan Swadaya Setempat: Menumbuhkan swadaya setempat dengan memperbaiki dan memenuhi harkat hidup secara individual dan sosial yang bermartabat.
• Pengembangan Budaya Usaha: Meningkatkan pengembangan budaya usaha untuk memfasilitasi masyarakat miskin dalam memulai dan mengembangkan usaha sendiri.
Strategi Tambahan dari Pemerintah Indonesia
Pemerintah Indonesia telah mempertajam strategi tata kelola dan kebijakan penanganan kemiskinan dengan beberapa strategi tambahan:
• Penurunan Beban Pengeluaran: Menurunkan beban pengeluaran dengan bantuan sosial yang disesuaikan dengan tingkat kemahalan daerah.
• Peningkatan Pendapatan Masyarakat: Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui program-program yang meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan.
• Regionalisasi Bantuan Sosial: Mengurangi kantong-kantong kemiskinan dengan regionalisasi bantuan sosial, sehingga bantuan sosial tidak lagi one size for all tapi disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Dampak Strategis Program PKH
Program Keluarga Harapan (PKH) telah ditunjukkan sebagai program yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan, dan terbukti memiliki dampak strategis terhadap penanggulangan kemiskinana, seperti:
• Keberlanjutan: Program PKH dapat berlanjut secara efektif, terutama dalam hal pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha.
• Kesadaran: Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan keuangan dan pengembangan usaha.
• Sinergitas: Meningkatkan sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga lainnya dalam penanggulangan kemiskinan.
• Empati: Meningkatkan empati dan tanggung jawab sosial masyarakat terhadap keluarga yang rentan miskin.
• Konsistensi: Meningkatkan konsistensi dalam implementasi program penanggulangan kemiskinan.
Intinya, kemiskinan sistemik memiliki konsekuensi yang luas dan kompleks, tetapi dengan strategi pengentasan yang efektif, kita dapat mengurangi jejak kemiskinan tersebut.
Strategi jangka pendek seperti memindahkan sumber daya dan pengembangan sistem jaminan sosial, serta strategi jangka panjang seperti menumbuhkan swadaya setempat dan pengembangan budaya usaha, dapat membantu mengurangi kemiskinan.
Pemerintah Indonesia telah mempertajam strategi tata kelola dan kebijakan penanganan kemiskinan dengan penurunan beban pengeluaran, peningkatan pendapatan masyarakat, dan regionalisasi bantuan sosial.
Program PKH juga telah menunjukkan dampak strategis dalam penanggulangan kemiskinan, terutama dalam meningkatkan keberlanjutan, kesadaran, sinergitas, empati, dan konsistensi masyarakat.
Pengentasan kemiskinan bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan kerja sama dan strategi yang tepat, kita dapat mengurangi jejak kemiskinan sistemik dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera. [*]