Akibatnya, volume bongkar muat melonjak dari kapasitas normal 2.500 truk kontainer per hari menjadi 4.200 truk kontainer dalam satu hari. Situasi ini diperparah oleh peningkatan aktivitas ekonomi pasca-Lebaran dan libur panjang, yang mendorong jasa logistik mempercepat pengiriman dan penarikan kontainer.
Lonjakan tersebut menyebabkan kepadatan di pelabuhan dan berdampak langsung pada lalu lintas menuju dan dari Tanjung Priok.
Baca Juga:
Atasi Kemacetan Jalur Puncak, Pemkab Cianjur Akan Bangun Terminal Angkutan Kota di Wilayah Cipanas
Merujuk pada penjelasan tersebut, saya mempertanyakan mengapa ketiga kapal, MSC Adu V, Ever Balmy, dan Starship Venus, tidak dialihkan untuk sandar dan melakukan bongkar muat di terminal lain, seperti UPK1 dan UTPK-Koja. Seandainya kapal-kapal tersebut dibagi ke terminal-terminal tersebut, persoalan kemacetan yang terjadi sangat mungkin bisa diminimalisir.
Sebagai informasi, Pelabuhan Tanjung Priok memiliki total kapasitas bongkar muat antara 6 juta hingga 8-12 juta TEUs (twenty-foot equivalent units) per tahun. Sementara itu, NPCT 1 — terminal yang menjadi titik kemacetan akibat kedatangan tiga kapal secara bersamaan, hanya memiliki kapasitas sekitar 1,5 juta TEUs per tahun, dengan kemampuan penanganan truk kontainer sekitar 2.500 unit per hari.
Baca Juga:
Antisipasi Macet di Tempat Wisata, Polda Metro Siapkan Rekayasa Lalu Lintas
Sebaliknya, Terminal UPK1 memiliki kapasitas sekitar 1,5 hingga 1,6 juta TEUs per tahun dan juga mampu melayani hingga 2.500 truk kontainer per hari. Sementara itu, UTPK-Koja memiliki kapasitas sekitar 900.000 hingga 1 juta TEUs per tahun, dengan kapasitas truk kontainer mencapai sekitar 1.300 unit per hari.
Dengan mempertimbangkan kapasitas tersebut, pembagian beban bongkar muat seharusnya bisa dilakukan secara lebih merata. Jika ketiga kapal tersebut dialihkan atau dibagi ke UPK1 dan UTPK-Koja, distribusi arus peti kemas kemungkinan besar bisa lebih lancar. Hal ini juga dapat mencegah penumpukan truk kontainer di satu titik, khususnya di NPCT 1, sehingga kemacetan parah seperti yang terjadi pada Kamis, 17 April 2025, dapat dihindari.
Selain itu, seharusnya Pihak Pelindo juga harus menyiapkan contigency plan atau rencana darurat. Hal ini penting untuk menghindari situsasi yang tak terduga yang dapat menggangu oprsional atau bisnis, termasuk macet total di pelabuhan Tanjung Priok.