Kemarau panjang memang terhenti. Namun, beberapa hal lain rusak, salah satunya bentuk kehidupan yang telah berevolusi untuk bertahan dalam ekosistem yang sangat gersang. Bentuk kehidupan ini tidak dapat beradaptasi pada perubahan mematikan yang tiba-tiba.
"Saat hujan turun di Atacama, kami berharap bunga mekar yang megah dan gurun yang hidup kembali," ujar Fairén yang merupakan ahli astrobiologi dari Cornell University dan Centro de Astrobiología Spanyol, seperti dikutip ScienceAlert.
Baca Juga:
104 Calon Haji Deli Serdang Berangkat ke Mekkah: Doa dan Harapan Pj Bupati
"Sebaliknya, kami belajar sebaliknya, karena kami menemukan bahwa hujan di inti hyperarid Gurun Atacama menyebabkan kepunahan besar-besaran sebagian besar spesies mikroba asli di sana."
Sebelum hujan datang ke Atacama, sampel tanah yang diambil dari wilayah Yungay yang terletak di inti gurun menunjukkan keberadaan 16 spesies mikroba yang berbeda.
Karena karakteristiknya yang sunyi, area tersebut sering dipelajari sebagai semacam simulasi untuk penelitian soal potensi kehidupan di Mars. Salah satu kemiripannya adalah lingkungan Atacama yang tidak ramah.
Baca Juga:
Kemenag Luncurkan Kanal Jemaah Lapor Gusmen, Berikut Fungsinya
Hujan kemudian meninggalkan genangan air di lanskap yang cuma pernah mengenal kata kekeringan.
Analisis tanah menunjukkan populasi mikroba Yungay telah mengalami kepunahan massal dengan hilangnya sekitar 75 hingga 87 persen spesies dari total yang dilaporkan sebelumnya.
"Setelah hujan, hanya ada dua hingga empat spesies mikroba yang ditemukan di laguna," kata Fairén.