"Penelitian kami menemukan bahwa Laut Arab bagian tenggara menjadi lebih hangat, menyebabkan atmosfer di atas wilayah ini, termasuk Kerala, menjadi tidak stabil secara termodinamika," katanya kepada kantor berita Press Trust India.
Abhilash mengatakan para ilmuwan telah memerhatikan tren pembentukan sistem awan dalam akibat pemanasan laut Arab, yang menyebabkan hujan lebat dalam jangka waktu yang lebih singkat, sehingga meningkatkan risiko tanah longsor.
Baca Juga:
Barang Bukti Rp221 Miliar, Bareskrim Polri Ungkap TPPU Narkotika
Ia mengatakan pola curah hujan tersebut sudah terlihat sejak banjir Kerala tahun 2019 lalu.
Penelitian Abhilash dkk yang diterbitkan dalam jurnal Climate and Atmospheric Science pada 2022 itu menemukan bahwa curah hujan di pantai barat India menjadi lebih konvektif - hujan lebat dalam periode yang lebih singkat.
Hilangnya tutupan hijau
Baca Juga:
Hasil Olah TKP: Tim Labfor Poldasu Temukan Beberapa Fakta Kebakaran yang Menggemparkan di Tanah Karo
Abhilash mengatakan sebuah studi pada 2021 mengenai titik api tanah longsor di India mengungkapkan bahwa 59 persen dari total tanah longsor di Kerala terjadi di kawasan perkebunan.
Pada 2022, sebuah studi mengenai berkurangnya tutupan hutan di Wayanad menunjukkan 62 persen hutan di kabupaten tersebut hilang antara tahun 1950 dan 2018, sementara tutupan perkebunan meningkat sekitar 1.800 persen.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal internasional Environmental Research and Public Health itu menyebutkan sekitar 85 persen total wilayah Wayanad berada di bawah tutupan hutan hingga tahun 1950an.