WahanaNews.co | Sesar Lembang yang berposisi di kecamatan Lembang, Jawa Barat merupakan salah satu sesar aktif di Jawa.
Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Irwan Meilano menjelaskan, bahwa sebuah sesar yang aktif berpotensi menghasilkan gempa.
Baca Juga:
Pertama di Jabar: Kejari Bandung Ajukan Pencabutan Status Ayah Pelaku Kekerasan
Hal itu terjadi, karena sebuah bidang yang memiliki akumulasi regangan tektonik akan dilepaskan menjadi sebuah gempa.
Posisi sesar Lembang ini berdekatan dengan sesar Cimandiri, yang diduga menjadi penyebab gempa 5,6 M di Cianjur, pada Senin (21/11/2022).
Kedua sesar ini memiliki periodisasi dan mekanisme berbeda, sehingga diharapkan gempa Cianjur tak memicu aktivitas sesar Lembang.
Baca Juga:
Survei Indikator: Elektabilitas Dedi Mulyadi-Erwan Unggul di Pilgub Jabar
Sesar Lembang berbahaya
Dikatakan Irwan, ada beberapa faktor yang membuat sebuah sumber gempa, termasuk sesar Lembang berbahaya, yakni kemungkinan magnitudo, lokasi yang sangat dekat dengan penduduk, dan amplifikasi.
1. Kemungkinan magnitudo
Sumber gempa bisa menghasilkan magnitudo yang signifikan. Bahkan, dengan magnitudo medium pun, gempa berpotensi merusak – seperti yang terjadi pada gempa Cianjur.
2. Lokasi yang sangat dekat dengan penduduk
Irwan mengatakan, lokasi sesar Lembang yang sangat dekat dengan penduduk bisa sangat berbahaya. Apalagi, penduduk provinsi Jawa Barat terbilang sangat padat.
Ini karena goncangan gempa bisa menyebabkan kerusakan bangunan hingga longsor.
“Belajar dari gempa Cianjur kemarin, bahwa salah satu penyebab kerusakan massif karena lokasinya sangat dekat dengan penduduk,” ujarnya, dilansir dari Kompas.com, Kamis (24/11/2022).
“Meski sesar Lembang dan sesar Cimandiri sudah ada sejak dulu, tapi ancaman sesar zaman dulu tidak sebesar sekarang. Meningkatnya jumlah penduduk di sekitar lokasi sesar, meningkatkan risiko dampak yang lebih serius,” lanjutnya.
Meski demikian, bukan berarti tidak boleh membangun infrastruktur atau bangunan tempat tinggal di sekitar sesar Lembang, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah kualitas bangunan, di mana sangat penting membuat bangunan yang tahan goncangan gempa di sekitar sesar.
“Tapi, jangan membuat bangunan tepat di atas sesar ya. Kalau tepat di atas sesar, mau bangunan sekuat apa pun pasti hancur, karena terjadi rupture,” kata Irwan.
3. Amplifikasi
Faktor ketiga adalah amplifikasi, yaitu ketika gelombang gempa dari kedalaman naik ke permukaan dan bertemu dengan lapisan tanah yang lunak atau tanah sedimen, yang kemudian memperkuat goncangan gempa.
“Ini yang terjadi saat gempa Cianjur kemarin dan saat gempa Jogja tahun 2006. Nah, beberapa wilayah di dekat kota Bandung, ada banyak sekali lapisan tanah lunak yang bisa mengamplifikasi goncangan gempa,” tutur Irwan.
Mitigasi bencana
Menurut Irwan, ada dua hal yang bisa dilakukan untuk mitigasi, yang pertama adalah literasi kebencanaan, termasuk soal gempa, yang harus dilakukan secara massif dan komprehensif dari berbagai pihak, mulai dari pengambil kebijakan hingga masyarakat.
“Ini kebutuhan mendesak. Salah satunya karena kemungkinan masyarakat tidak tahu tempat tinggalnya berpotensi gempa, bahkan pengambil kebijakannya juga mungkin tidak tahu soal itu,” katanya.
Yang kedua adalah penataan ruang yang mengarusutamakan risiko bencana. Pasalnya, sangat penting memiliki kawasan yang minim risiko bencana. [rna]