WahanaNews.co, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa puluhan ribu hektar daratan Indonesia diprediksi akan hilang, dan ratusan pulau berpotensi tenggelam. Hal ini disebabkan oleh ancaman serius yang mengintai bumi.
Menurut BRIN, perubahan iklim adalah ancaman utama yang mempengaruhi ekosistem bumi, kehidupan, dan kesejahteraan masyarakat. Wakil Kepala BRIN, Amarulla Octavian, menyatakan bahwa perubahan iklim berdampak signifikan terhadap ketersediaan sumber daya air, yang kemudian mempengaruhi pembangunan dan keamanan manusia.
Baca Juga:
Bukan Pulau Jawa, Salah Satu Pulau Terpadat di Dunia Ada di Indonesia
"Perubahan iklim terhadap sumber daya air mencakup krisis air bersih perkotaan, kerawanan pangan, meningkatnya frekuensi penyakit, perubahan pola curah hujan, dan kerawanan bencana," jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (24/7/2024).
"Dalam periode 2010-2017, terjadi peningkatan 887 kejadian bencana hidrometeorologi, termasuk banjir, longsor, kekeringan, angin puting beliung, kebakaran hutan, gelombang pasang, dan abrasi," tambah Amarulla.
Profesor Riset Bidang Meteorologi, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan, menambahkan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan permukaan air laut.
Baca Juga:
10 Pulau dengan Penduduk Terpadat Dunia, Juaranya di Indonesia
"Pada tahun 2010, permukaan air laut telah naik sebanyak 0,4 meter, menyebabkan hilangnya daratan seluas 7.408 km2," kata Eddy.
"Diperkirakan pada tahun 2050, permukaan air laut akan naik sebanyak 0,56 meter, yang akan menyebabkan hilangnya daratan Indonesia sekitar 30.120 km2," lanjutnya.
Bahkan, Eddy memprediksi bahwa pulau-pulau di Indonesia akan menghilang satu per satu. "Diperkirakan pada tahun 2100, Indonesia akan kehilangan 115 pulau berukuran sedang, dari Sumatra Utara hingga Papua Barat," jelas Eddy.
Menurut BRIN, secara umum perubahan iklim berdampak pada sumber daya air, baik secara langsung maupun tidak langsung, termasuk meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah serta frekuensi dan intensitas banjir.
Selain itu, berpengaruh pada berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering, meningkatnya temperatur yang diikuti gelombang panas.
Perubahan iklim juga disebut memicu perubahan ekosistem dan layanan ekosistem, meningkatnya intensitas dan frekuensi badai, serta meningkatnya tinggi gelombang, abrasi pantai, dan meluasnya kawasan yang terpengaruh intrusi air laut.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]