Namun, efek jangka panjang dari iri dan dendam tidaklah positif. Penelitian menunjukkan bahwa perasaan ini dapat meningkatkan stres, memengaruhi kesehatan mental, dan bahkan memperlemah sistem imun.
Ketika otak terus-menerus berada dalam mode waspada akibat dendam atau iri, tubuh menghasilkan kortisol dalam jumlah berlebih. Hal ini berujung pada kelelahan emosional dan fisik yang berbahaya jika dibiarkan terlalu lama.
Baca Juga:
Sikapnya Manipulatif, Ini 8 Tanda Orang yang Iri dan Dengki pada Kita
Penelitian dari University of California, Berkeley, menemukan bahwa menyimpan dendam atau perasaan iri yang berkepanjangan dapat meningkatkan kadar hormon stres, seperti kortisol, yang menyebabkan gangguan kesehatan seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Hal ini sejalan dengan temuan bahwa emosi negatif kronis dapat mempercepat proses penuaan.
Menariknya, otak juga memiliki kemampuan untuk keluar dari siklus ini. Proses memaafkan, misalnya, melibatkan peningkatan aktivitas di area otak seperti korteks prefrontal ventromedial, yang membantu menenangkan emosi negatif dan mendorong rasa empati.
Baca Juga:
Hindari, Ini 6 Penyakit Hati yang Mengganggu Ketenangan Batin
Dengan melatih empati dan rasa syukur, kita dapat meredam aktivitas otak yang memicu rasa iri dan dendam, sehingga menjalani hidup yang lebih sehat secara emosional.
Memahami bagaimana otak bekerja ketika kita merasa iri atau dendam memberikan wawasan berharga tentang diri kita sendiri.
Dengan menyadari apa yang terjadi di dalam kepala kita, kita dapat belajar untuk mengelola emosi tersebut, menghindari efek negatifnya, dan fokus pada hal-hal yang lebih bermanfaat.