WahanaNews.co, Bristol - Narasi ilmiah sering kali memunculkan kekhawatiran massal. Bagaimana tidak, baru-baru ini, para ilmuwan berhasil menghitung kemunculan benua besar di permukaan bumi yang dikenal sebagai Pangea Ultima.
Benua super ini kemungkinan besar akan mengakibatkan kepunahan seluruh mamalia di planet kita.
Baca Juga:
Penemuan Baru: Kemungkinan Kehidupan Alien di Kutub Utara Merkurius
Studi yang dipublikasikan oleh para ilmuwan dalam jurnal Nature Geoscience pada tanggal 25 September 2023 telah membuat prediksi menggunakan model iklim yang memperhitungkan perubahan suhu permukaan tanah di benua super yang akan terbentuk dalam kurun waktu 250 juta tahun mendatang.
Perubahan suhu ini berkaitan dengan peningkatan intensitas radiasi matahari dan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer.
Alexander Farnsworth, penulis pertama penelitian tersebut, menyatakan, "Tampaknya benua super menciptakan kondisi yang lebih memungkinkan terjadinya kepunahan massal."
Baca Juga:
Ilmuwan: Februari 2024 Tercatat Sebagai Bulan Terpanas
Ahli iklim dari Universitas Bristol, Inggris, juga mencatat bahwa pembentukan benua super sering kali terkait dengan empat dari lima kepunahan massal terakhir dalam sejarah geologis.
Bumi memiliki pondasi yang dinamis, terdiri dari lempengan-lempengan batuan padat yang mengapung di dalam lautan magma yang berputar.
Selama 2 miliar tahun terakhir, arus konveksi magmatik telah berulang kali mendorong lempengan-lempengan ini untuk membentuk samudra dan benua, lalu menyatukannya kembali menjadi benua super. Proses ini terjadi dalam siklus sekitar setiap 600 juta tahun.
Para ilmuwan meramalkan bahwa benua super berikutnya, yang disebut Pangea Ultima, akan terbentuk dalam kurun waktu 250 juta tahun ke depan. Saat itu, diperkirakan bahwa daratan bumi di sekitar garis khatulistiwa akan saling bertabrakan, akhirnya membentuk Pangea Ultima.
Benua baru ini akan memiliki kondisi yang panas. Hal ini bukan hanya karena sebagian besar daratan di sekitar khatulistiwa tidak akan mendapat pendinginan dari lautan, tetapi juga karena benua ini akan menyerap lebih banyak radiasi dari matahari yang sudah tua dan aktif.
Selain itu, Pangea Ultima juga akan menyerap lebih banyak karbon dioksida akibat aktivitas gunung berapi.
Situasi ini bisa menjadi bencana bagi mamalia. Meskipun beberapa hewan telah beradaptasi dengan kelenjar keringat dan sistem peredaran darah yang membantu mengatasi suhu tinggi, panasnya di benua super ini bisa melebihi 40 derajat Celsius dalam cuaca kering, dan mencapai 35 derajat Celsius dalam cuaca lembap.
Untuk menilai sejauh mana bumi di masa depan dapat dihuni, para ilmuwan telah menggunakan model iklim yang dijalankan oleh superkomputer untuk memperkirakan suhu dan kelembaban di seluruh wilayah Pangea Ultima.
Dengan sebagian besar daratan bumi yang terkunci menjadi satu, matahari yang semakin menua akan memancarkan radiasi sekitar 2,5 persen lebih banyak.
Tingkat karbon dioksida di atmosfer juga diperkirakan akan meningkat hingga 1,5 kali lipat dari tingkat saat ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa hanya sekitar 8 persen dari seluruh daratan superkontinen yang akan dapat dihuni oleh mamalia.
Mengutip Live Science, para ilmuwan meyakini bahwa sebagian besar lonjakan suhu ini akan terjadi setelah letusan besar yang akan membentuk wilayah dengan tumpukan lava yang mengeluarkan karbon.
Dengan dorongan dari kekuatan tektonik lempeng yang saling bertabrakan, kemunculan wilayah-wilayah mengerikan ini akan memberikan sedikit waktu bagi mamalia untuk beradaptasi dengan lonjakan suhu yang signifikan.
Alexander Farnsworth mengatakan, "Walaupun saat ini ada beberapa mamalia yang sangat beradaptasi untuk menghuni wilayah seperti Sahara, masih perlu dilihat apakah mamalia ini akan terpilih secara khusus dan apakah keturunannya akan menyebar ke Pangea Ultima dan menjadi dominan. Mungkin reptil atau mungkin entitas lain yang sepenuhnya berbeda lebih mampu beradaptasi?"
Peneliti juga mencatat bahwa masih ada potensi bahwa Pangea Ultima dapat mengancam kelangsungan semua bentuk kehidupan, terutama jika suhu menjadi sangat tinggi sehingga tanaman tidak lagi dapat melakukan fotosintesis.
Mereka menambahkan, "Namun, untuk memahami kemampuan tanaman untuk beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi, dan juga ketahanan ekosistem laut di masa depan, diperlukan penelitian lebih lanjut."
Selain itu, Pangea Ultima bukanlah satu-satunya superkontinen yang mungkin akan terbentuk.
Para ilmuwan juga telah meramalkan kemungkinan adanya benua super yang lebih dingin, seperti 'Amasia', yang berpusat di sekitar kutub. Dalam skenario tersebut, mamalia mungkin memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]