Pakar pertahanan dari RAND Corporation, Dr. Marcus Helms, menilai langkah ini sebagai pendekatan yang cerdas dan realistis.
“Daripada memulai dari nol, Lockheed memilih jalan evolusi, bukan revolusi. F-35 adalah platform yang sudah matang secara logistik dan produksi. Menambah kemampuan generasi keenam di atasnya mempercepat adopsi tanpa mengorbankan kesiapan tempur,” jelas Helms.
Baca Juga:
Swiss Melawan Jet Siluman, Ini Alasan Rakyat Menolak F-35 dari Amerika
Lockheed juga berencana meningkatkan lapisan siluman F-35 untuk menangkis deteksi inframerah dan radar. Beberapa bagian struktural, seperti saluran udara dan knalpot mesin, akan diubah bentuknya untuk menyulitkan pelacakan musuh.
F-35 versi baru ini juga akan membawa kemampuan perang elektronik, sistem jaringan tempur, hingga kemungkinan beroperasi secara otonom alias tanpa pilot.
Menurut analis militer senior Aviation Week, Laura Simmons, kemampuan otonomi akan menjadi faktor penentu dalam perang udara masa depan.
Baca Juga:
China Pamer Jet Futuristik, AS Bangun Frankenjet dari Rongsokan F-35
“Jet tempur yang bisa menjalankan misi tanpa ketergantungan pada pilot adalah pengubah permainan. Dan F-35, dengan pembaruan ini, sedang bergerak ke arah sana,” katanya.
Beberapa senjata mutakhir yang semula dirancang untuk jet generasi keenam juga dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam arsenal F-35. Namun Taiclet menegaskan bahwa peningkatan ini harus dilakukan bertahap agar tidak mengganggu produksi massal yang sudah berjalan.
"Kalau terlalu banyak perangkat baru atau software dimasukkan sekaligus, itu bisa bikin jalur produksi macet," katanya.