WahanaNews.co | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya 7 sesar aktif mengelilingi Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Selain itu, masih berpotensi ditemukan patahan lainnya lagi, sehingga warga diminta untuk selalu waspada.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawari mengungkapkan, masyarakat di Cianjur tak perlu panik meskipun dikelilingi banyak sesar. Namun, pihaknya meminta pemerintah daerah segera mengatur kembali tata ruang sesuai dengan rekomendasi BMKG.
Baca Juga:
Gempa Sesar Anjak Langsa Magnitudo 4.4, Guncangan Kuat di Wilayah Perbatasan Aceh-Medan
"Jangan panik ya, namun warga harus tetap waspada ketika membangun rumah harus tahan gempa atau berkonsultasi ke dinas terkait sebelum membangun. Pemerintah daerah harus kembali mengatur tata ruang per wilayah, sebagai upaya antisipasi terjadi gempa serupa kemudian hari," katanya, dikutip dari Media Indonesia, Minggu (8/1).
Pencegahan dan mitigasi bencana gempa bumi yang dilakukan BMKG, kata Dwikorita, adalah dengan mengidentifikasi klaster patahan dan menyosialisasikan hasil kajian ke pemerintah termasuk ke Pemkab Cianjur, tidak ke warga karena akan menimbulkan keresahan.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan hasil identifikasi sesar atau patahan yang menjadi penyebab gempa berkekuatan 5,6 Magnitudo di Kabupaten Cianjur adalah Sesar Cugenang, termasuk sesar lain yang sudah teridentifikasi melintasi Cianjur.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Barat Sosialisasi Mitigasi Gempa, Antisipasi Megathrust
"Sesar yang melintasi dan mengelilingi Cianjur di antaranya Sesar Cimandiri, Sesar Nyalindung-Cibeber, Sesar Rajamandala, termasuk sesar lain yang berdekatan dengan Cianjur seperti Sesar Cirata, Sesar Padalarang Bagian Barat, dan Sesar Lembang," katanya.
Ia menjelaskan, Cianjur merupakan zona sesar yang sangat rumit dan sangat aktif yang sebagian besar bagian dari Sesar Cimandiri termasuk Sesar Cugenang, di mana berdasarkan data aktivitas kegempaan BMKG sejak 2008, sesar tersebut sangat aktif.
Pihaknya juga menemukan aktivitas kegempaan di zona Sesar Cimandiri yang kemungkinan berasal dari patahan yang belum terpetakan atau teridentifikasi termasuk Sesar Cugenang yang baru teridentifikasi.
"Sesar yang belum terpetakan harus menjadi kewaspadaan semua pihak karena ditakutkan akan terjadi aktivitas kegempaan yang merusak. Pemerintah daerah harus melihat aspek histori atau sejarah kegempaan di wilayahnya," katanya.
Karena, ketika gempa besar pernah terjadi di satu wilayah akan kembali terjadi beberapa puluh tahun setelahnya seperti di Cugenang pernah terjadi gempa besar pada 1879 dan 1897 yang sesarnya tidak teridentifikasi. [eta]