Hujan pada masa peralihan musim cenderung tidak merata, dengan intensitas yang bervariasi dari sedang hingga lebat dalam durasi yang singkat.
Apabila kondisi atmosfer menjadi labil atau tidak stabil, maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat, yang dapat menyebabkan sejumlah fenomena alam.
Baca Juga:
BMKG Imbau Warga Waspadai Pasang Laut 2,8 Meter di Balikpapan
"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat atau petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," ujarnya.
Curah hujan yang intens dapat menjadi penyebab terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir bandang dan tanah longsor.
Oleh karena itu, Dwikorita memberikan peringatan kepada masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan yang rentan terhadap longsor agar selalu waspada terhadap potensi tersebut.
Baca Juga:
BMKG Aceh Perkirakan Wilayah Aceh Diguyur Hujan Lebat hingga 18 Januari 2025
"Kami juga mengimbau masyarakat di sana untuk waspada dan berhati-hati," kata Dwikorita.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat untuk senantiasa menjaga kesehatan, dalam menghadapi kondisi cuaca yang cepat berubah setiap harinya akibat fenomena pancaroba tersebut.
"Cuaca panas dan hujan dapat terjadi silih berganti dengan cepat sehingga dapat memicu gangguan daya tahan tubuh. Selain itu, masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan aktivitas di luar ruangan termasuk dengan menggunakan perangkat pelindung diri dari terik matahari/hujan seperti payung, topi, atau jas hujan," ujarnya.